Saturday 23 November 2013

Antara aku, kami, dan kita =)

Rintik-rintik hujan menemani kebersamaan kami di “Waroeng Nenek”. Walaupun kami terdapat 22 orang, tapi kesannya masih romantis kok. Apalagi diterangi dengan lampion-lampion yang tergantung indah diatas meja. Yah, walaupun didalamnya terdapat dua orang guru yang gak kalah mudanya dengan kami. Hehe.

Mungkin kalian akan menerka-nerka, ada apa dengan “Waroeng Nenek?”

Buat yang penasaran, Warung nenek adalah tempat date pertama aku dan yanda adil *ups. Bukan deng bukan! Sebetulnya ada acara kemek-kemeknya Bagas Cahyo Winata. Orang yang punya sejuta molekul-molekul jigong yang membeku. Jadi, karna molekul-molekul itu bergabung maka terbentukla suatu unsur yang mengakibatkan besarnya ukuran bibir seorang Bagas. Haha. Maaf gas.


#flashback [Kamis, 21 November 2013]

“Sin, menurutmu, bagusnya dimana aku kemek orang itu?”
“Gatau Gas. Aku bukan pak Bondan...” Kami tertawa.
“Benerlah Sin.. Aku bingung. Masa di bakso depan sekolah? Gak serulah... Panas. Lagian belum tentu yang ikut banyak apa sedikit. Kalau banyak gimana?”
“Iya juga ya...” Aku melihat wajah Bagas dari kaca spion yang gadel. Dia terlihat bingung.
Aku berfikir untuk mencari ide agar Bagas mendapatkan tempat yang pas untuk mengadakan acara kemek-kemeknya. Setelah memutar otak dua kali lipat, aku menemukan ide. “Gas, gimana di Mas Ndut aja?”
“Mas Ndut mana tuh?”
“Ituloh... Jalan biasa kita pulang sekolah. Didekat kantor PLN. Masa gatau sih? Setiap hari lewat dari sana pun”
“Yang mana? Aku gak tau. Aku kalau di kereta jarang memperhatikan jalan Sin...”
“Yaudah. Nanti kalau udah nampak warungnya, aku kasih tau aja”
“Oke” Bagas menurunkan kaca helmnya, dan kembali fokus ke jalan. Kemudian, kereta melaju kencang. Whuuussss......

Beberapa menit kemudian...

 “Gas! Gas!” Aku menepuk-nepuk pundaknya. “Itu dia warung mas Ndut nya.. Gimana?”
Bagas menoleh kearahku, membuka kaca helmnya, melihat warungnya sekilas. Kemudian melanjutkan, “Boleh juga. Tapi, apa enggak kejauhan dengan Ayu, Riza, Aisyah, Nurul, dan yang lainnya? Kalau aku boleh aja sih... Kan aku yang traktir. Tapi, kita kan juga mikirin mereka. Apalagi ada yang naik angkot. Mana ke arah sini angkotnya gak ada lagi kalau dari sekolah kita. Ya kan?”
“Iya ya. Sebetulnya ada angkotnya sih... Tapi nyambung. Nanti suruh aja naik angkot 999. Habis itu, turun didepan galon, nyambung angkot 700. Ya kan?”
“Iya sih... Tapi apa mau orang itu nyambung angkot? Belum tentuloh... Tahulah, model kayak ilvha naik angkot? Yang ada, makin banyak kosmetik yang dibawanya ke sekolah. Hahahhaaa” Kami tertawa bersama.
Kemudian aku melanjutkan, “Yaudah, kita tanya aja dengan mereka besok maunya dimana. Biar mereka aja yang nentuin sendiri tempat yang cocok itu dimana. Oke?” Bagas mengangguk.

***

#Hari-H [Jum’at, 22 November 2013]

Dua pilihan yang membuat kami bingung kemarin, terbayar sudah. Mereka menentukan untuk pergi ke Waroeng Nenek saja. Awalnya, ada beberapa orang yang menyarankan untuk pergi ke bakso didepan sekolah kami. Termasuk yanda Adil Anjasmara (àUname Facebook). Nggak tahu ntah kenapa yanda Adil mintanya di bakso depan sekolah. Mungkin, itu adalah salah satu efek makan rujak di simpang jodoh kali ya? atau Ayam Penyet Rahmat? Haha. Maaf yanda.

Setelah penentuan-penentuan ahli kuliner kelas disetujui oleh pihak yang berwenang, kami segera terbang ke tujuan, yaitu Waroeng Nenek. (terbangnya pake elang Indosiar. Huehehehee).

Berhubung yang tahu letak dan posisinya hanya aku dan Bagas. Jadinya, aku bertugas untuk menjadi navigatornya yanda Adil. Sedangkan Bagas, menjadi navigator yang lainnya. Aku dan yanda Adil pergi lebih cepat untuk memantau lokasi. Jadi, berhubung yanda naik kereta, kesannya kami seperti om menjeput keponakannya pulang sekolah karna orang tuanya enggak sempat untuk menjemput, atau, abang dengan adik mungkin? Haha. Aku dong yang ketuaan kalau gitu.

Dengan kecepatan 40 km/jam kami menyusuri jalan Pancing. Sering kali yanda melambatkan gasnya jika melihat gang-gang besar yang disangka yanda itu adalah jalan Tuasan. (Nampak kali ya kan jarang jalan-jalan? :p Haha). Saat kami masih dalam perjalanan, hujan mulai turun dengan irama lambat, layaknya musik dansa. Gerimis yang turun membuat kesan seperti di dalam film India. Haha. Maaf yanda.

***

Sesampainya di tempat tujuan, kami langsung masuk. Kami dipersilahkan untuk duduk oleh pelayan yang ada di warung tersebut. Kami disuguhkan daftar menu warung. Sambil tersenyum kepada pelayannya, aku menyambut menu dengan baik. Begitu juga dengan yanda. Aku dan yanda bercerita panjang lebar sampai-sampai nggak terasa kalau Bagas dan Nurul serta Bunda Dewi dan Aulia sudah datang.

Aku sangat senang ketika yanda memuji-muji kelas kami. Aku jadi merasa bangga menjadi bagian dari EXCLOSER. Yanda bilang bahwa kami itu; kompak, baik akhlaknya, sopan, pintarnya rata, humoris, dsb. Sampai gak hapal. Hehe. Pokoknya, sekalian deh yanda curhat disitu kalau dia pening kalau udah masuk kelas yang lain.

Masih terkumpul enam orang di warung ini. Jadi, Bagas dan Nurul berinisiatif untuk menjemput mereka di simpang. Soalnya, mereka belum pada tau tempatnya dimana. Tidak lama kemudian, mereka datang dan kami bercerita panjang lebar disitu layaknya reuni dan nostalgia.

Kami mencoba segala makanan dan minuman baru yang ada di warung. Tapi jangan heran kalau kita melihat orang Tembung dan Patumbak yang pesanannya teh manis dengan nasi uduk. Itu pertanda kurangnya wisata kuliner disana. Seperti; Rujak simpang jodoh yang terkenal legendaris, atau sate ular asli yang ularnya diambil dari sungai ular, atau Ayam Penyet Rahmat, dll. Adanya contoh kuliner di daerah Tembung dan Patumbak, membuat orang yang berasal dari Marelan dan sekitarnya merasakan perbedaan derajat. Contohnya aja; Chocolate float, es Sarang Burung, Bakso iga sapi, Ayam Panggang Lada Hitam, dll. Kan keren keren kedengarannya dibandingkan dengan pesanan orang Tembung dan Patumbak, hehehe... Maaf ya Ayu, Riza, May, dkk.)

Oke, sekarang kita cuil informasi tentang pesanan orang yang berasal dari Pasar Merah dan sekitarnya; Bunda Dewi, Fathur Ridho, Nurul Izza, dkk. Berhubung mereka berasal dari Pasar Merah, mungkin bisa la ya untuk memilih makanan dan minuman yang ‘branded’. Karena adanya faktor ekstern yang mendukung mereka untuk dapat memilah yang keren dengan yang beken. Example aja: Nurul Izaa(Ulong) memesan Cappucino float dan Ayam panggang lada hitam, Bunda Dewi memesan minum apa gitu, tapi yang pasti warnanya merah jambu yang menggambarkan bunda adalah seorang barbie yang tersesat bersama pasangannya dikalangan orang kece (aku) dan ken, lawan mainnya barbie (yanda) serta beberapa orang hamba sahaya (yang lainnya). Tapi faktanya, orang yang berasal dari daerah Pasar Merah juga punya kekurangan selera. Contohnya; Fathur Ridho yang lebih memilih es lengkong daripada es Sarang Burung.

Kekompakan serta keahlian anak EXCLOSER dalam menghabiskan keseluruhan pangkal tulang femur, membuat perut kami terkesan seperti anak yang busung lapar. Berbeda halnya dengan ken (om Adil) yang memang dari sananya sudah tercipta dengan apa adanya (Yaiyalah, Ken nya kw-an sih. Haha). Tetapi tidak berlaku untuk barbie (kakak Dewi) yang memang postur badannya tidak seperti barbie kw. Ini barbie ori men! Jangan disamakan!

Tidak terasa, sel-sel dalam tubuh mulai bereaksi. Ini berefek kepada perut. Dengan tanda-tanda yang sangat meyakinkan. Karena, perut sudah menghantarkan sinyal-sinyal positif ke otak yang menyarankan untuk segera pulang. Awalnya kami mencoba melawan. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Kami disuruh untuk segera meninggalkan segala kebersamaan, kekompakan, dan keselarasan yang sudah menyatukan kami.

Kami segera memberes-bereskan barang-barang kami, dan segera get out dari “Waroeng Nenek”. Bukan alay atau apa, sebelum keluar dan sebelum menuju ke parkiran, kami berfoto ria didepan kamera untuk kenang-kenangan bahwasannya kami telah disini, membagi kebahagian, saling menyatukan hati dan perasaan bersama. Setelah itu, kami langsung ke parkiran untuk perpisahan dari Warung Nenek.

Sesampainya di parkiran, aku merasa berfikir, ‘Barbie pulang sama siapa yaa? Tadi perginya dengan Aulia, trus pulangnya? Rumah Aulia dengan barbie kan beda arah. Gak mungkin dong barbie diantarin pulang dengan Aulia sedangkan hari sudah gelap..” Beribu pertanyaan menghujani fikiranku, itu semua tentang barbie. Gadis EXCLOSER yang terlalu unyu.

Awalnya aku merasa bingung. Tapi setelah Ken mempersilahkan Barbie untuk selalu berada disisinya, kebingungan itupun perlahan-lahan luntur dengan sendirinya. Pada saat-saat perpisahan, Barbie dan Ken terlihat sangat cocok dan romantis. Ditemani dengan kereta bebek dan spion yang kusam mereka pulang bersama. Sedangkan kami, menyaksikan kepergian mereka, guru yang kami sayangi, pulang dengan kebahagian dan kebersamaan yang telah kami bentuk.

Tak lama kemudian, setelah Ken dan Barbie pulang, kami juga berangsur-angsur pulang dengan golongan-golongan yang berbeda, tapi masih dengan hati yang sama.



Terimakasih Bagas yang telah mengajak kami, Terimakasih EXCLOSER atas kebersamaan dan partisipasinya dan tak lupa juga untuk Ken dan barbie yang telah bersedia untuk ikut dengan kami. I love you all !!
Share:

Friday 1 November 2013

Hasil Lomba Photograph =D

Dug dug dug...



Jantungku berdegub kencang pada detik-detik dibacakannya hasil lomba photograph yang diadakan oleh IAIN SU kemarin. Mulutku pun tidak berhenti untuk mengucapkan kalimat tahmid setelah mendengar pengumuman itu.


Yah, walaupun hanya mendapatkan juara 3, aku tetap bersyukur kepada Allah swt. Karena itu adalah hasil dari perjuanganku, itulah hasil dari kerja kerasku semua ini. Dan itu semua juga tidak luput dari do'aku, orang tuaku, Ridho, dan teman-temanku. Aku sangat senang sekali karena telah mendapatkan prestasi seperti itu.

Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah -/\-

Share: