Sunday 9 February 2020

Dari aku, yang mengagumimu.




Tak terasa sudah setahun lamanya sejak kita bertemu untuk pertama kali. Kala itu kau tersenyum, begitu pula denganku. Sejak saat itu, aku langsung mengagumimu dalam diam. Namun, pelan-pelan kutepis perasaan itu agar tak berlanjut lebih dalam.

Tapi, apa kau tahu? Tanpa aku sadari, ternyata ada sesuatu yang tumbuh diam-diam. Tanpa aku sadari, ternyata ada harapan yang aku genggam erat kepadamu begitu dalam. Tanpa aku sadari, aku telah jatuh cinta.

Bagiku, menyayangimu begitu mudah hingga aku tak sadar kapan aku memulainya, yang aku tahu hanyalah jatungku berdebar kencang saat aku sedang bersamamu.

Aku bahkan sangat yakin dengan perasaan ini. Hanya saja, aku tak tahu bagaimana caranya untuk menunjukkannya kepadamu. Aku takut dengan pikiranku sendiri. Aku takut saat kau mengatakan “tidak” saat aku menanyakan kepastiannya. Ekspektasi telah membawaku terlalu jauh hingga aku sudah kalah sebelum memulainya.

Tapi, bagaimana bisa menyayangimu begitu mudah? Bagaimana bisa aku melakukannya tanpa rasa bosan dan penuh harap?
Lagi-lagi aku hancur oleh ekspektasiku sendiri.
Ekspektasi yang membawaku untuk terus meyayangimu dan perlahan aku mulai tersadar akan sikapmu. Menaruh hati diatas ketidakpastian sikapmu sama saja dengan menaruh tangan di tangan seseorang yang tak ingin menggenggam. Kau tak ingin menggenggam namun terus kugapai. Aku yang terus menggapai namun kau terus abai. Rasanya seperti aku yang dipukul mundur agar segera menjauh darimu.

Tapi sudahlah, aku saja yang berpikir terlalu jauh. Berangan-angan untuk bersamamu hanya membuat rasa ini semakin dalam. Kita bagaikan langit dan bumi, kau yang terlalu jauh untuk kugapai walau aku terus berusaha. Biarlah aku menyimpan perasaan ini rapat-rapat hingga sejauh mana aku kuat.



Dari aku, yang mengagumimu.

•••
Medan, 09 Februari 2020.
Diselesaikan oleh aku yang mengagumimu sambil mendengarkan lagu Singgah dari Bilal yang diputar berulang kali.
Share:

4 comments: