Skip to main content

Misi Di Pertengahan Kelas

Hi!

Aku udah resmi menduduki kelas XI nih.. Rasanya itu... GREGET! Iya. Greget. Selain udah jadi kakak kelas, aku juga harus belajar lebih giat lagi. Ya, karna materi yang diberikan oleh guru bakal lebih rumit dong. Iya gak?

Berhubung peringkat aku turun drastis dari semester sebelumya, aku membulatkan tekad untuk berubah. Berubah menjadi yang lebih baik. Aku gak ingin terjatuh di lubang yang sama, mengulang kesalahan yang kedua kalinya. Aku ingin berubah!!

Jadi, aku bertekad untuk membuat misi. Karena, jika tidak ada prinsip dan tekad yang kuat, suatu rencana akan membuahkan hasil yang nihil.

So, the mission are.... Eng ing eng....

1. Duduk bareng Muthia
Tekad aku yang ini muncul setelah aku tahu-bahwa-aku itu punya ranking yang lumayan banyak kalo dihitung dari 26 siswa dikelas. Aku rangking 13 sedangkan Muthia rangking 1. So, aku berfikir, mungkin kalo aku duduk sama Muthia aku bisa mudah mencerna pelajaran. Bisa nanya dia kapan aja, trus aku bisa tahu deh gimana cara dia belajar. By the way, tekad yang ini kok plagiatan banget ya?.____.

2. Gak anti sama yang namanya PE-ER!
Berhubung zaman sudah sudah berubah. Jadi, akupun ikut berubah. Berubah jadi siluman. Gamau kalah dong dengan zaman? Yaiyalah. Jadi, disini aku belajar dari pengalaman. Karena, aku itu paling males ngerjain pr, jadi, ya... nitip kawan aja. Hehe.
Dan ternyata! Pada saat ulangan bulanan, aku gak tau mau jawab apa. Karena, soal yang dibuat guru aku itu sama ngetz dengan yang dikasih buat PR. Jadi ya gitu, waktu dikumpul gak ada jawab apa apa deh. Miris kan? wk.

3. Study Hard!
Novel, handphone, tablet, radio, komik, dan kawan kawan merupakan godaan terberat yang ingin kulawan. Kenapa? Ya itu. Aku ini orangnya jenuhan. Jadi, kalo udah jenuh sikit apa yang teletak di tas, di meja, di loker, maupun di laci, bakal jadi makanan hangat buatku. Biasanya sih, kalo gak ada itu semua jalan terakhirnya, ya... molor di atas meja dengan tangan yang mengepal menahan beratnya kepalaku-padahal-gak ada isinya sambil pura-pura dengarin guru. Haha. Bejad kan? Tapi, itulah aku.

Jadi, bagaimana dengan misimu kawan?

Comments

Popular posts from this blog

Kesalahan yang Tak Ingin Aku Ulang

      Kalau mencintaimu adalah sebuah kesalahan, seharusnya kita tak perlu bertemu sejak awal. Kalau menyayangimu adalah sebuah keikhlasan, rasanya aku tak perlu membuang waktu untuk menimbun harapan lebih dalam.                Aku tak pernah menyangka kita akan menjadi asing walau pada akhirnya semua pertemuan selalu saja mempunyai akhir. Aku terlalu tinggi meletakkan ekspektasiku terhadapmu sehingga aku selalu terlena atas sikapmu. Terkadang aku masih memikirkannya, ‘Kenapa harus aku?’, padahal rasanya tak pernah aku mencintaimu dengan ragu. Rasanya tak pernah pula aku menyambutmu dengan senyum yang palsu. Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?       Segala sesuatu pasti punya ciri khasnya, seperti 'Bogor' yang selalu lekat dengan kata 'hujan' dan menurutku, 'Kau' akan selalu lekat dengan 'keluguan'. Lucu sekali rasanya kalau aku harus mengingat keluguanmu. Keluguan palsu yang sukses kau buat untuk membodohi...

[Cerbung] Semua Serba Salah

Malam ini tak seperti biasanya, Rina malas untuk belajar ataupun sekedar mengulang materi yang telah diajarkan di kampusnya. Hal ini membuat Rina untuk beralih mengerjakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat disukainya selain melihat drama korea. Saat itu Rina sedang asyik dengan game puzzle di handphone nya, tak lama hpnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Dari Raka. Seperti biasa, setiap malam mereka bertelepon. Berbagi kisah tentang apa yang sudah mereka jalani, tentang atasan yang ribet, tentang teman-teman Rina yang bawel, tentang pekerjaan Raka, tentang kuliah Rina, bahkan tentang keluarga mereka. *** “Halo sayang... Lagi apa nih? Ngegame lagi ya?” Raka tahu betul apa yang disuka oleh wanitanya, bermain game salah satunya. “Iya dong, biar gue ga bosen nungguin lo. Lo gitu sih, ribet. Mandi lebih lama dari gue, milih baju lebih ribet dari gue, makan harus ada sambel. Woi cabe mahal woi!” “Hahaha, bisa diganti pake merica kok sayang.” “Pedes meric...

Sebuah Rasa dalam Secangkir Cokelat Panas

          Aku tak tahu persisnya sejak kapan rasa ini mulai muncul. Manis dan pahit layaknya secangkir cokelat panas yang kau berikan saat pertama kali kita bertemu; rasa manis yang selalu saja berhasil membuatku tersenyum, pun rasa pahit yang terkadang berhasil membuatku melamun.            H ari itu, sambil menyesap secangkir cokelat panas yang kau berikan kepadaku, kita saling memandang dan tersenyum. Aku ingat betul, kau hadir di saat langit diselimuti oleh awan yang membuatku berpikir bahwa kau akan sama teduhnya dengan langit waktu itu. Hal-hal kecil yang kau berikan, selalu saja berhasil membuatku semakin yakin atas sikapmu. Namun nyatanya aku salah, hal-hal kecil itu adalah caramu untuk mengkhianatiku.           Aku merasa bodoh. Rasanya ingin marah, tapi aku tak mampu. Aku tak mampu untuk bertemu denganmu lagi. Aku takut. Takut akan kebohonganmu lagi.          ...