Skip to main content

Posts

Showing posts with the label BPD

Tuhan, Pantaskah Aku untuk Hidup?

Akulah si manusia yang hatinya terbolak-balik. Rasanya baru tadi aku merasa senang, lantas kenapa sekarang sudah merasa sedih? Berulang kali aku bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, pantaskah aku untuk hidup?” atau “Tuhan, pantaskah aku bahagia?”. Sungguh pertanyaan bodoh yang membuat Tuhan murka yang padahal aku sudah tahu sendiri jawabannya tanpa Tuhan pun ikut menjawab. Tapi, sungguh, sebenarnya aku pun masih bingung kenapa bisa begitu.

Rumah Puzzle

Ternyata memang benar ya kalau Tuhan sangat mudah membalikkan hati manusia. Betapa banyak prasangka buruk yang kita yakini, padahal di balik prasangka itu semua Tuhan sudah menyiapkan sesuatu hal yang sangat kita butuhkan. Atau, kalau pun gak kita butuhkan, ya paling gak yang kita inginkan. Dia kasih banyak kejutan di balik banyak hal yang terjadi di hidup kita. What belongs to you, will come to you.   Hari ini, si manusia kurang bersyukur ini, datang ke tempat yang awalnya bukan menjadi tempatnya. Namun nyatanya tempat ini akan menjadi tempat di balik hari-hari yang akan dijalaninya. Bagaimana tidak, paling enggaknya per dua minggu sekali manusia ini akan datang kesini. “Untuk kontrol.” katanya. Aku pun tak tahu apa penyakit yang sebenarnya dideritanya. Kalau pun tahu, tak akan kubiarkan kalian mengetahuinya. “Hanya rahasia kita saja, ya.” ucapnya. Tak seperti biasa, sepulang dia kerja, manusia ini akan menuju tempat yang tak biasa itu. Kita sebut saja ‘rumah puzzle ’. Saat kukata...

Hujan dan Kehangatan

Hari ini, dengan memakai balutan kemeja berwarna biru dongker, aku duduk di antara orang-orang yang sakit jiwa. Ya, sakit jiwa. Sama sepertiku. Mereka duduk sambil memainkan layar kecilnya yang aku tak tahu sejak kapan mereka memainkannya. Akupun begitu. Sambil menunggu, aku menyicil satu dua buah paragraf untuk tugas di laptopku. Suara hujan bergemuruh melawan genting dan atap tempat kami berteduh. Malam ini hujan turun sejadi-jadinya seolah membawa pengharapan dan doa untuk kami gapai satu per satu ke langit itu. Angka demi angka dipajang di dinding, menandakan sudah berjalannya antrian di klinik ini. Aku disini bersama perempuan itu lagi. Perempuan yang beberapa hari silam mengetuk pintu kayuku. Beliau menemaniku bersama jemarinya yang lihai mengganti topik di layar hp ke atas dan ke bawah. Tak sama sepertiku, dia memakai sweater cokelat muda dengan jilbab bercorak bunga-bunga menutupi mahkotanya. Si Cantik. Hari ini aku senang. Aku senang karena hujan turun. Hari ini aku senang. K...

Di Balik Pintu Kayu

Ketukan demi ketukan yang aku dapati membuat perasaanku campur aduk. Harapan demi harapan yang aku pikirkan, hanya berujung sia-sia. Di balik pintu kayu kamarku, aku menunggu kalimat penenang itu. Kalimat penenang yang bisa membuatku bangkit lagi menjadi aku, bukan menjadi ‘Aku, si Kumat’ itu. Dua kali pintu itu diketuk oleh orang yang berbeda, yang aku hafal betul suaranya. Orang yang aku harapkan. Orang pertama adalah lelaki berumur pertengahan abad dengan beberapa kutil di leher dan badannya. Tepatnya kemarin, saat lelaki itu mengetuk, ada perasaan senang yang menyelimutiku, namun saat aku tahu alasannya perasaan itupun langsung sirna. “ Adek mau ngambil baju-bajunya”. ‘ Oh, ternyata karena ini’, pikirku. Sudahlah. Terlalu banyak berharap. Orang kedua adalah perempuan cantik bersuara nyaring yang begitu familiar. Perempuan ini punya banyak tahi lalat di wajahnya. ‘ Tahi lalat banyak ini keturunan dari Nenek ’, tuturnya dahulu pada saat kami berbincang. Saat perempuan ini mengetuk, p...

Hari Esok

Banyak sekali kalimat yang berkecamuk di kepalaku. Pemikiran ‘kapan mati’ yang kalau saja aku turuti, membuatku tidak akan bertemu hari esok. Hari esok yang sebetulnya belum tentu baik untuk kulewati. Hari esok yang sebetulnya belum tentu bahagia—seperti hari ini. Aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri, ‘Kenapa aku harus mengalami ini?’, ‘Kenapa aku tidak seperti manusia normal yang lain?’, atau ‘Kenapa aku tidak seperti si anak kebanggaan itu?’. Semua ‘kenapa’ itu seolah-olah menusukku. Mengintaiku hingga aku terpuruk dan aku tidak bisa melawannya. Entah kenapa. Merasa sendiri. Merasa membebani. Merasa gila. Gila. Semua perasaan yang muncul yang membuatku semakin lama semakin jatuh ke lubang hitam yang tak semua orang paham dan merasakannya. Gila. Si Gila. Hahaha.