Skip to main content

Rumah Puzzle

Ternyata memang benar ya kalau Tuhan sangat mudah membalikkan hati manusia. Betapa banyak prasangka buruk yang kita yakini, padahal di balik prasangka itu semua Tuhan sudah menyiapkan sesuatu hal yang sangat kita butuhkan. Atau, kalau pun gak kita butuhkan, ya paling gak yang kita inginkan. Dia kasih banyak kejutan di balik banyak hal yang terjadi di hidup kita. What belongs to you, will come to you. 

Hari ini, si manusia kurang bersyukur ini, datang ke tempat yang awalnya bukan menjadi tempatnya. Namun nyatanya tempat ini akan menjadi tempat di balik hari-hari yang akan dijalaninya. Bagaimana tidak, paling enggaknya per dua minggu sekali manusia ini akan datang kesini. “Untuk kontrol.” katanya. Aku pun tak tahu apa penyakit yang sebenarnya dideritanya. Kalau pun tahu, tak akan kubiarkan kalian mengetahuinya. “Hanya rahasia kita saja, ya.” ucapnya.

Tak seperti biasa, sepulang dia kerja, manusia ini akan menuju tempat yang tak biasa itu. Kita sebut saja ‘rumah puzzle’. Saat kukatakan tempatnya adalah rumah puzzle, dia bertanya kepadaku, “Kenapa kau beri nama rumah puzzle? Aku tak sedang menyusun puzzle disana. Malah tak ada satupun puzzle yang ada disitu.” Dia heran bukan main. Lantas kujelaskan bahwa rumah puzzle itu berarti banyak teka-teki yang ada di dalamnya karena ada seseorang yang akan memecahkan teka-teki yang dibawa oleh seseorang yang lain dan bahkan orang-orang setelahnya. “Oh, benar juga.” Jawabnya seraya ikut memantapkan jawabanku.

Akhirnya, sampailah dia di rumah puzzle itu. Di tempat dia duduk, di sampingnya ada seorang wanita paruh baya yang memainkan tongkatnya ke lantai sambil mendendangkan satu dua buah nada selayaknya seorang musisi handal. Tak ada pemikiran apapun. Manusia ini hanya melihatnya sekilas kemudian dia mengeluarkan tabletnya untuk membunuh waktu sambil dia menunggu untuk memecahkan teka-tekinya.

Benar juga. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam. Namanya pun dipanggil untuk memecahkan teka-tekinya. ‘Ah, waktuku sudah tiba.’ ucapnya dalam hati. Setelah membereskan barang-barangnya, dia pun bergegas masuk.

Dia duduk berhadapan dengan si pemecah teka-teki dan manusia ini pun banyak memberikan teka-teki yang ada di kepala dan yang dirasakannya.

Setelah 45 menit berlalu, manusia ini keluar. Dia belum merasa puas dengan jawaban si pemecah teka-teki. “Ternyata teka-teki kali ini terasa lumayan sulit.” katanya. Karena teka-teki yang lumayan sulit itu, dia disuruh untuk menunggu jawabannya. Namun pada saat dia menunggu, dia bertemu dengan seseorang pembawa teka-teki lain yang ingin masuk. “Ah! Sepertinya aku kenal siapa dia. Tapi, siapa ya? Aku seperti pernah melihatnya. Aku seperti sangat mengenalnya. Tapi, siapa ya?” Banyak pertanyaan yang berkutat di kepalanya. Sambil menunggu jawaban teka-teki dari si pemecah teka-teki, ternyata dia sudah mengingatnya. “Oh, aku tahu siapa!” Langsung dia kegirangan dan seolah-olah merasa tak ada perasaan tak puas dari teka-teki yang dibawanya. Ternyata seseorang itu adalah salah satu orang favoritnya. Tak disangka kalau dia akan bertemu di rumah puzzle itu.

Begitulah. What belongs to you, will come to you. Semua hal yang terjadi di hidup ini sudah digariskan oleh Tuhan. Apapun itu. Tapi tergantung bagaimana kita menyikapi apa yang diberikan-Nya.

Hari ini manusia ini tak menyangka akan bertemu dengan salah satu orang favoritnya. Mungkin, besok hari dia akan punya kisah menyenangkan lainnya yang sebenarnya dia tidak akan tahu apa yang akan terjadi.

Hari ini aku belajar tentang berprasangka baik kepada Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Ternyata manusia ini masih kurang banyak bersyukur.

What belongs to you, will come to you.


Comments

Popular posts from this blog

[Cerbung] Semua Serba Salah

Malam ini tak seperti biasanya, Rina malas untuk belajar ataupun sekedar mengulang materi yang telah diajarkan di kampusnya. Hal ini membuat Rina untuk beralih mengerjakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat disukainya selain melihat drama korea. Saat itu Rina sedang asyik dengan game puzzle di handphone nya, tak lama hpnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Dari Raka. Seperti biasa, setiap malam mereka bertelepon. Berbagi kisah tentang apa yang sudah mereka jalani, tentang atasan yang ribet, tentang teman-teman Rina yang bawel, tentang pekerjaan Raka, tentang kuliah Rina, bahkan tentang keluarga mereka. *** “Halo sayang... Lagi apa nih? Ngegame lagi ya?” Raka tahu betul apa yang disuka oleh wanitanya, bermain game salah satunya. “Iya dong, biar gue ga bosen nungguin lo. Lo gitu sih, ribet. Mandi lebih lama dari gue, milih baju lebih ribet dari gue, makan harus ada sambel. Woi cabe mahal woi!” “Hahaha, bisa diganti pake merica kok sayang.” “Pedes meric...

Dicintai dengan Sederhana

Hari ini aku mengajak seorang teman lamaku untuk challenge tulisan lagi. Namanya Juang. Sama seperti yang lalu, masing-masing dari kami memberikan tiga kata yang tediri dari kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Aku memberikan " foto, mengadopsi, dan ganas" . Sedangkan dia memberiku " es krim, menikam, dan lembut" . Dan beginilah hasilnya: DICINTAI DENGAN SEDERHANA Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia membelikan es krim dan dinikmati bersama-sama di ujung sawah sambil menunggu datangnya senja tiba. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia menyapa lembut dan melihat matamu dengan mesra. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan jaketnya untuk kau kenakan saat hujan tiba dan harus menahan dingin yang menyentuh kulitnya. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan kulit ayam goreng kesukaannya secara sukarela. Baru kali ini aku merasa dicintai oleh seseorang de...

Kesalahan yang Tak Ingin Aku Ulang

      Kalau mencintaimu adalah sebuah kesalahan, seharusnya kita tak perlu bertemu sejak awal. Kalau menyayangimu adalah sebuah keikhlasan, rasanya aku tak perlu membuang waktu untuk menimbun harapan lebih dalam.                Aku tak pernah menyangka kita akan menjadi asing walau pada akhirnya semua pertemuan selalu saja mempunyai akhir. Aku terlalu tinggi meletakkan ekspektasiku terhadapmu sehingga aku selalu terlena atas sikapmu. Terkadang aku masih memikirkannya, ‘Kenapa harus aku?’, padahal rasanya tak pernah aku mencintaimu dengan ragu. Rasanya tak pernah pula aku menyambutmu dengan senyum yang palsu. Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?       Segala sesuatu pasti punya ciri khasnya, seperti 'Bogor' yang selalu lekat dengan kata 'hujan' dan menurutku, 'Kau' akan selalu lekat dengan 'keluguan'. Lucu sekali rasanya kalau aku harus mengingat keluguanmu. Keluguan palsu yang sukses kau buat untuk membodohi...