Skip to main content

Tuhan Maha Baik

Tuhan Maha Baik!


Jadi, ada beberapa masalah di tempat kerjaku yang mengharuskanku untuk memikirkannya. Namun, seperti tulisanku sebelumnya—aku berusaha untuk terus berprasangka baik kepada Tuhan, aku belajar dari situ.


Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku menyembah. Kewajiban dua rakaat aku lakukan, tak lupa dua rakaat sebelumnya, pun setelahnya aku berdoa untuk diberikan kelancaran dan kemudahan di setiap langkahku pada hari ini.


Seluruh kekhawatiran, aku coba runtuhkan. Segala kegelisahan, aku coba hiraukan. Segala keresahan, aku coba tundukkan. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk percaya kepada Tuhanku. Aku percaya pertolongan Tuhanku.


Ternyata benar, prasangka baikku tak ada satupun yang meleset. Doa-doa yang kugaungkan ke langit ternyata sudah didengar dan dikabulkan. Mulai dari hal yang remeh-temeh sekalipun ternyata Tuhan perhatikan. Allahuakbar.


Kau mau tahu urusan apa saja yang diurus oleh Tuhanku?


Mulai dari saat aku berangkat menuju tempat kerja, di perempatan lampu apil, selalu saja aku mendapat lampu hijau. Bahkan kalaupun lampu merah, hanya satu per sekian detik saja aku merasakannya. Ajaib, bukan?


Terus, makin herannya adalah ketika dokter yang bertugas akan mengoperasi, beliau tak terlalu menghiraukan aku dan teman sekelompokku padahal kalau dihitung-hitung, seharusnya kami lah yang masuk ke ruangan operasi. Tadi kami bingung bukan kepalang, pasalnya aku dan teman-temanku tidak sedang membawa baju untuk persiapan operasi. Ya Tuhan, Tuhanku baik sekali.


Apalagi ketika aku dan teman-temanku harus mengajukan satu dua buah judul paper yang harus kami kumpulkan ke admin tempat kami bekerja. Deg-degan, keringat dingin, khawatir, semua bercampur aduk. Tapi, balik lagi, tak apa selama aku punya Tuhanku. Tuhan yang Maha Baik. Pada saat mengajukan pun, beliau sangat ramah menerimanya. Alhamdulillah. Kaget bukan main.


Setelah pulang dari tempat kerja pun Tuhan memperhatikanku, padahal 'hal itu' tak ada di list permohonan doaku hari ini. Ya ampun, Tuhanku Baik sekali! Saat pulang, aku menggunakan aplikasi ojol (ojek online), padahal aku punya tentengan yang sangat besar. Tapi, Tuhan Maha Baik. Dia memperhatikanku, karena itu dia memberikanku ojol dengan motor yang bagus, yang tak harus membuatku untuk menenteng tentengan besarku :)


Maha Baik.

Tuhanku Maha Baik.

MasyaaAllah. Alhamdulillah.

Comments

Popular posts from this blog

Kesalahan yang Tak Ingin Aku Ulang

      Kalau mencintaimu adalah sebuah kesalahan, seharusnya kita tak perlu bertemu sejak awal. Kalau menyayangimu adalah sebuah keikhlasan, rasanya aku tak perlu membuang waktu untuk menimbun harapan lebih dalam.                Aku tak pernah menyangka kita akan menjadi asing walau pada akhirnya semua pertemuan selalu saja mempunyai akhir. Aku terlalu tinggi meletakkan ekspektasiku terhadapmu sehingga aku selalu terlena atas sikapmu. Terkadang aku masih memikirkannya, ‘Kenapa harus aku?’, padahal rasanya tak pernah aku mencintaimu dengan ragu. Rasanya tak pernah pula aku menyambutmu dengan senyum yang palsu. Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?       Segala sesuatu pasti punya ciri khasnya, seperti 'Bogor' yang selalu lekat dengan kata 'hujan' dan menurutku, 'Kau' akan selalu lekat dengan 'keluguan'. Lucu sekali rasanya kalau aku harus mengingat keluguanmu. Keluguan palsu yang sukses kau buat untuk membodohi...

[Cerbung] Semua Serba Salah

Malam ini tak seperti biasanya, Rina malas untuk belajar ataupun sekedar mengulang materi yang telah diajarkan di kampusnya. Hal ini membuat Rina untuk beralih mengerjakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat disukainya selain melihat drama korea. Saat itu Rina sedang asyik dengan game puzzle di handphone nya, tak lama hpnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Dari Raka. Seperti biasa, setiap malam mereka bertelepon. Berbagi kisah tentang apa yang sudah mereka jalani, tentang atasan yang ribet, tentang teman-teman Rina yang bawel, tentang pekerjaan Raka, tentang kuliah Rina, bahkan tentang keluarga mereka. *** “Halo sayang... Lagi apa nih? Ngegame lagi ya?” Raka tahu betul apa yang disuka oleh wanitanya, bermain game salah satunya. “Iya dong, biar gue ga bosen nungguin lo. Lo gitu sih, ribet. Mandi lebih lama dari gue, milih baju lebih ribet dari gue, makan harus ada sambel. Woi cabe mahal woi!” “Hahaha, bisa diganti pake merica kok sayang.” “Pedes meric...

Sebuah Rasa dalam Secangkir Cokelat Panas

          Aku tak tahu persisnya sejak kapan rasa ini mulai muncul. Manis dan pahit layaknya secangkir cokelat panas yang kau berikan saat pertama kali kita bertemu; rasa manis yang selalu saja berhasil membuatku tersenyum, pun rasa pahit yang terkadang berhasil membuatku melamun.            H ari itu, sambil menyesap secangkir cokelat panas yang kau berikan kepadaku, kita saling memandang dan tersenyum. Aku ingat betul, kau hadir di saat langit diselimuti oleh awan yang membuatku berpikir bahwa kau akan sama teduhnya dengan langit waktu itu. Hal-hal kecil yang kau berikan, selalu saja berhasil membuatku semakin yakin atas sikapmu. Namun nyatanya aku salah, hal-hal kecil itu adalah caramu untuk mengkhianatiku.           Aku merasa bodoh. Rasanya ingin marah, tapi aku tak mampu. Aku tak mampu untuk bertemu denganmu lagi. Aku takut. Takut akan kebohonganmu lagi.          ...