Skip to main content

Ranting Pohon

Aku menaiki sepeda motor bersama seorang lelaki dengan jaket hijaunya, sedangkan aku di belakangnya dengan jaket jeans kesayangan yang kalau dikira-kira sudah berumur 4 tahun lamanya. ‘Tumben-tumbennya langit secerah ini’, batinku.

Pagi ini langit memang cerah sekali—berwarna biru muda dengan beberapa awan yang tampak seperti gulali yang disobek di pasar malam. Gedung-gedung yang menjulang tinggi pun diterpa oleh cerahnya mentari pagi. Ada beberapa lampu jalan yang belum padam di sisi kanan dan kiri jalan yang aku lewati bersama lelaki berjaket hijau ini.

Sungguh indah.

Pagiku indah sekali.

Tapi, ada satu hal yang kulihat berbeda. Saat kuperhatikan langit, ada satu pohon yang tampak kosong di antara pohon lainnya. Tak ada sedikitpun daun hijau yang bertenggen di ranting-rantingnya padahal pohon-pohon lain tampak cantik dengan daun yang menghiasinya. Kabel-kabel yang berantakan alurnya pun tampak melintasi ranting-ranting yang kosong itu.

Sambil melintasinya, masih kuperhatikan pohon itu. Kalau kupikir lagi, sebenarnya jika aku tak hanya fokus melihat pohon itu, pohon itu tampak cantik jika bersanding dengan langit. Warnanya tampak kontras dengan biru langit. Rantingnya tampak menghiasi langit biru yang aku kagumi tadi.

Sama seperti layaknya manusia, jika hanya melihat hal buruk saja rasanya masih selalu kurang, bukan? Tapi jika melihat hal baik juga di dalamnya hal buruk itu pun akan tertutupi dengan hal baik yang kita lihat :)

Comments

Popular posts from this blog

[Cerbung] Semua Serba Salah

Malam ini tak seperti biasanya, Rina malas untuk belajar ataupun sekedar mengulang materi yang telah diajarkan di kampusnya. Hal ini membuat Rina untuk beralih mengerjakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat disukainya selain melihat drama korea. Saat itu Rina sedang asyik dengan game puzzle di handphone nya, tak lama hpnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Dari Raka. Seperti biasa, setiap malam mereka bertelepon. Berbagi kisah tentang apa yang sudah mereka jalani, tentang atasan yang ribet, tentang teman-teman Rina yang bawel, tentang pekerjaan Raka, tentang kuliah Rina, bahkan tentang keluarga mereka. *** “Halo sayang... Lagi apa nih? Ngegame lagi ya?” Raka tahu betul apa yang disuka oleh wanitanya, bermain game salah satunya. “Iya dong, biar gue ga bosen nungguin lo. Lo gitu sih, ribet. Mandi lebih lama dari gue, milih baju lebih ribet dari gue, makan harus ada sambel. Woi cabe mahal woi!” “Hahaha, bisa diganti pake merica kok sayang.” “Pedes meric...

Dicintai dengan Sederhana

Hari ini aku mengajak seorang teman lamaku untuk challenge tulisan lagi. Namanya Juang. Sama seperti yang lalu, masing-masing dari kami memberikan tiga kata yang tediri dari kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Aku memberikan " foto, mengadopsi, dan ganas" . Sedangkan dia memberiku " es krim, menikam, dan lembut" . Dan beginilah hasilnya: DICINTAI DENGAN SEDERHANA Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia membelikan es krim dan dinikmati bersama-sama di ujung sawah sambil menunggu datangnya senja tiba. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia menyapa lembut dan melihat matamu dengan mesra. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan jaketnya untuk kau kenakan saat hujan tiba dan harus menahan dingin yang menyentuh kulitnya. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan kulit ayam goreng kesukaannya secara sukarela. Baru kali ini aku merasa dicintai oleh seseorang de...

Kesalahan yang Tak Ingin Aku Ulang

      Kalau mencintaimu adalah sebuah kesalahan, seharusnya kita tak perlu bertemu sejak awal. Kalau menyayangimu adalah sebuah keikhlasan, rasanya aku tak perlu membuang waktu untuk menimbun harapan lebih dalam.                Aku tak pernah menyangka kita akan menjadi asing walau pada akhirnya semua pertemuan selalu saja mempunyai akhir. Aku terlalu tinggi meletakkan ekspektasiku terhadapmu sehingga aku selalu terlena atas sikapmu. Terkadang aku masih memikirkannya, ‘Kenapa harus aku?’, padahal rasanya tak pernah aku mencintaimu dengan ragu. Rasanya tak pernah pula aku menyambutmu dengan senyum yang palsu. Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?       Segala sesuatu pasti punya ciri khasnya, seperti 'Bogor' yang selalu lekat dengan kata 'hujan' dan menurutku, 'Kau' akan selalu lekat dengan 'keluguan'. Lucu sekali rasanya kalau aku harus mengingat keluguanmu. Keluguan palsu yang sukses kau buat untuk membodohi...