Kalau mencintaimu adalah sebuah kesalahan, seharusnya kita tak perlu bertemu sejak awal. Kalau menyayangimu adalah sebuah keikhlasan, rasanya aku tak perlu membuang waktu untuk menimbun harapan lebih dalam.
Aku tak pernah menyangka kita akan menjadi asing walau pada akhirnya semua pertemuan selalu saja mempunyai akhir. Aku terlalu tinggi meletakkan ekspektasiku terhadapmu sehingga aku selalu terlena atas sikapmu. Terkadang aku masih memikirkannya, ‘Kenapa harus aku?’, padahal rasanya tak pernah aku mencintaimu dengan ragu. Rasanya tak pernah pula aku menyambutmu dengan senyum yang palsu. Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?
Segala sesuatu pasti punya ciri khasnya, seperti 'Bogor' yang selalu lekat dengan kata 'hujan' dan menurutku, 'Kau' akan selalu lekat dengan 'keluguan'. Lucu sekali rasanya kalau aku harus mengingat keluguanmu. Keluguan palsu yang sukses kau buat untuk membodohiku yang lambat laun bisa kusadari sehingga aku dapat dengan gontai menertawakan diriku sendiri yang bodoh ini—bodoh karena sudah tertipu olehmu. Ya, oleh keluguanmu.
Kalau saja waktu bisa diulang, aku tak ingin menerimamu seperti waktu itu—datang tanpa permisi, mendobrak masuk, kemudian pergi seenaknya tanpa memikirkan perasaanku. Entah kenapa pertahananku selalu saja runtuh dibuat oleh kelakuanmu, or maybe I'm just too addicted in loving you. Kau adalah candu yang telah kuciptakan sendiri tanpa aku sadar ternyata hal itu pelan-pelan menggerogotiku sampai habis tak bersisa.
Cinta yang kau bilang sedalam samudera itu barangkali tak sedalam itu. Mungkin saja kita punya perbedaan persepsi dalam mengartikan ini. Semua janjimu seperti jejak kaki yang melangkah pergi—tak tampak wujudnya, hilang entah kemana sampai aku tersadar bahwa yang memulai lah, yang lebih dulu meninggalkan.
Berulang kali aku pasrahkan kisah kita kepada Tuhan, bahkan pada saat dimana aku relapse dan berusaha bangkit untuk melupakanmu. Mungkin memang inilah jalan yang terbaik. Kita hidup dengan jalan kita sendiri—dengan doa yang akan selalu aku minta kepada Tuhan, selamat melanjutkan hidup masing-masing; untuk aku, kamu, dan kita.
Comments
Post a Comment