Skip to main content

Jogja, aku rindu.



Jogja. Kota yang selalu kunanti untuk kukunjungi. Kota yang selalu hebat untuk menarik hati.  Entah kenapa, aku tidak pernah bosan dengan kota ini. Ada saja ulahnya memang. Setiap tahunnya pasti ada yang baru, entah itu tentang ceritanya ataupun orangnya.
Masih kuingat kenangan tentang tahun lalu saat keluarga besar  bapakku pergi silaturahmi kesana. Tentang dimana keluarga besar berkumpul bersama. Tentang dimana orang-orang yang tadinya jarang untuk berkumpul bersama karena keterbatasan jarak, kini bisa berkumpul untuk berbagi cerita dan kebahagiaan.
Jogja. Kota yang sangat berbeda pada saat hari raya tiba. Tidak ada petasan, tidak ada kue raya, tidak ada sirup kurnia, hingga tidak ada tunjangan hari raya. Kotanya sangat sederhana bahkan saat hari raya tiba. Terkadang saat aku berada di Jogja disaat seperti itu, aku juga rindu akan Medan. Rindu makan lontong dengan rendang, rindu akan tunjangan hari raya karena ini hal yang paling wajib untuk pemasukan. Manusia memang seperti itu, tak pernah puas dan selalu labil.
Banyak hal sederhana yang kurindukan akan kota ini, akan kenangan kebersamaan dan kesederhanaannya. Saat malam dengan kopi jos dan pisang rebus, saat pagi dengan cucian baju yang penuh di ember saat nyuci di kali dengan sepupu sepupuku, saat siang dengan keindahan alamnya saat di ajak berkeliling, saat sore dengan menikmati senja karena masih banyak lahan kosong, dan saat maghrib dengan ketentraman suasananya.
Hari demi hari menjadi minggu, mingu demi minggu menjadi bulan, dan bulan demi bulan menjadi tahun. Tak terasa, sudah setahun aku tidak mengunjunginya. Ingin sekali aku didekap Jogja dalam ketentramannya. Hanya saja, aku harus menunggu setahun lagi kesana.
Jogja, aku rindu.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

[Cerbung] Semua Serba Salah

Malam ini tak seperti biasanya, Rina malas untuk belajar ataupun sekedar mengulang materi yang telah diajarkan di kampusnya. Hal ini membuat Rina untuk beralih mengerjakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat disukainya selain melihat drama korea. Saat itu Rina sedang asyik dengan game puzzle di handphone nya, tak lama hpnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Dari Raka. Seperti biasa, setiap malam mereka bertelepon. Berbagi kisah tentang apa yang sudah mereka jalani, tentang atasan yang ribet, tentang teman-teman Rina yang bawel, tentang pekerjaan Raka, tentang kuliah Rina, bahkan tentang keluarga mereka. *** “Halo sayang... Lagi apa nih? Ngegame lagi ya?” Raka tahu betul apa yang disuka oleh wanitanya, bermain game salah satunya. “Iya dong, biar gue ga bosen nungguin lo. Lo gitu sih, ribet. Mandi lebih lama dari gue, milih baju lebih ribet dari gue, makan harus ada sambel. Woi cabe mahal woi!” “Hahaha, bisa diganti pake merica kok sayang.” “Pedes meric...

Dicintai dengan Sederhana

Hari ini aku mengajak seorang teman lamaku untuk challenge tulisan lagi. Namanya Juang. Sama seperti yang lalu, masing-masing dari kami memberikan tiga kata yang tediri dari kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Aku memberikan " foto, mengadopsi, dan ganas" . Sedangkan dia memberiku " es krim, menikam, dan lembut" . Dan beginilah hasilnya: DICINTAI DENGAN SEDERHANA Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia membelikan es krim dan dinikmati bersama-sama di ujung sawah sambil menunggu datangnya senja tiba. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia menyapa lembut dan melihat matamu dengan mesra. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan jaketnya untuk kau kenakan saat hujan tiba dan harus menahan dingin yang menyentuh kulitnya. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan kulit ayam goreng kesukaannya secara sukarela. Baru kali ini aku merasa dicintai oleh seseorang de...

Kesalahan yang Tak Ingin Aku Ulang

      Kalau mencintaimu adalah sebuah kesalahan, seharusnya kita tak perlu bertemu sejak awal. Kalau menyayangimu adalah sebuah keikhlasan, rasanya aku tak perlu membuang waktu untuk menimbun harapan lebih dalam.                Aku tak pernah menyangka kita akan menjadi asing walau pada akhirnya semua pertemuan selalu saja mempunyai akhir. Aku terlalu tinggi meletakkan ekspektasiku terhadapmu sehingga aku selalu terlena atas sikapmu. Terkadang aku masih memikirkannya, ‘Kenapa harus aku?’, padahal rasanya tak pernah aku mencintaimu dengan ragu. Rasanya tak pernah pula aku menyambutmu dengan senyum yang palsu. Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?       Segala sesuatu pasti punya ciri khasnya, seperti 'Bogor' yang selalu lekat dengan kata 'hujan' dan menurutku, 'Kau' akan selalu lekat dengan 'keluguan'. Lucu sekali rasanya kalau aku harus mengingat keluguanmu. Keluguan palsu yang sukses kau buat untuk membodohi...