Skip to main content

Perpisahan yang Disengaja

(Pict. by Abdurrahman Ar Rifqi)

I dive in your eyes

Past your desires

Just you and I

Painting on a dark sky


I dive in your eyes

Past your desires

Just you and I

Painting in the dark sky

 (Skin to skin - Monica Karina ft. Dipha Barus)

***

Sudah tak terhitung berapa kali lagu yang dibawakan oleh Monica Karina itu aku putar. Entahlah, yang ku tahu setiap aku memutarnya, lagu itu selalu saja berhasil mengingatkanku denganmu—dengan semua kenangan kita di kota itu, di tempat kita bertemu dan berbagi kisah.

Aku ingat sekali di hari aku kembali ke kotaku, di tengah riuhnya suasana bandara kala itu, aku memelukmu. Aku hanya ingin menikmati detik demi detik waktu berjalan maju tanpa ada kata yang terucap, mendengarkan detak jantungmu yang terus berbicara bahkan lebih banyak dari bibir yang berucap walau hati ini diam-diam penuh harap.

Rasanya baru kemarin kau mengajakku berkeliling kota Jogja dengan motor yang selalu kau beri cap ‘racing’ itu. Namun, nyatanya kini kita harus berpisah dengan jarak yang kita tangisi pada malam-malam yang lalu. Sekarang aku mengerti, sebaik-baiknya pemberian adalah waktu, terlebih itu adalah waktu darimu.

Jika jarak adalah ketakutan, semoga kau adalah kekuatan yang bisa membuatku bertahan. Jika segala kesedihan selalu diikuti dengan kebahagiaan, aku berharap perpisahan akan diikuti oleh sebuah pertemuan.

Aku selalu berdoa kepada Tuhan, semoga mencintaimu adalah hal baik buatku dan barangkali kita perlu paham tentang ini, ‘tak semua hal harus sesuai dengan apa yang kita mau.’ Sementara, aku hanya bisa berdoa—untuk raga yang tak bisa aku peluk, tangan yang tak bisa aku genggam, aku berharap semoga Tuhan memberikan kita ruang untuk sebuah pertemuan dan aku percaya bahwa semesta punya banyak cara untuk membahagiakan.

***

Medan, 01 November 2020

Diselesaikan oleh orang yang selalu berhasil kau buat jatuh cinta setiap harinya.

 

Comments

Popular posts from this blog

Kesalahan yang Tak Ingin Aku Ulang

      Kalau mencintaimu adalah sebuah kesalahan, seharusnya kita tak perlu bertemu sejak awal. Kalau menyayangimu adalah sebuah keikhlasan, rasanya aku tak perlu membuang waktu untuk menimbun harapan lebih dalam.                Aku tak pernah menyangka kita akan menjadi asing walau pada akhirnya semua pertemuan selalu saja mempunyai akhir. Aku terlalu tinggi meletakkan ekspektasiku terhadapmu sehingga aku selalu terlena atas sikapmu. Terkadang aku masih memikirkannya, ‘Kenapa harus aku?’, padahal rasanya tak pernah aku mencintaimu dengan ragu. Rasanya tak pernah pula aku menyambutmu dengan senyum yang palsu. Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?       Segala sesuatu pasti punya ciri khasnya, seperti 'Bogor' yang selalu lekat dengan kata 'hujan' dan menurutku, 'Kau' akan selalu lekat dengan 'keluguan'. Lucu sekali rasanya kalau aku harus mengingat keluguanmu. Keluguan palsu yang sukses kau buat untuk membodohi...

Sebuah Rasa dalam Secangkir Cokelat Panas

          Aku tak tahu persisnya sejak kapan rasa ini mulai muncul. Manis dan pahit layaknya secangkir cokelat panas yang kau berikan saat pertama kali kita bertemu; rasa manis yang selalu saja berhasil membuatku tersenyum, pun rasa pahit yang terkadang berhasil membuatku melamun.            H ari itu, sambil menyesap secangkir cokelat panas yang kau berikan kepadaku, kita saling memandang dan tersenyum. Aku ingat betul, kau hadir di saat langit diselimuti oleh awan yang membuatku berpikir bahwa kau akan sama teduhnya dengan langit waktu itu. Hal-hal kecil yang kau berikan, selalu saja berhasil membuatku semakin yakin atas sikapmu. Namun nyatanya aku salah, hal-hal kecil itu adalah caramu untuk mengkhianatiku.           Aku merasa bodoh. Rasanya ingin marah, tapi aku tak mampu. Aku tak mampu untuk bertemu denganmu lagi. Aku takut. Takut akan kebohonganmu lagi.          ...

Dicintai dengan Sederhana

Hari ini aku mengajak seorang teman lamaku untuk challenge tulisan lagi. Namanya Juang. Sama seperti yang lalu, masing-masing dari kami memberikan tiga kata yang tediri dari kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Aku memberikan " foto, mengadopsi, dan ganas" . Sedangkan dia memberiku " es krim, menikam, dan lembut" . Dan beginilah hasilnya: DICINTAI DENGAN SEDERHANA Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia membelikan es krim dan dinikmati bersama-sama di ujung sawah sambil menunggu datangnya senja tiba. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia menyapa lembut dan melihat matamu dengan mesra. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan jaketnya untuk kau kenakan saat hujan tiba dan harus menahan dingin yang menyentuh kulitnya. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan kulit ayam goreng kesukaannya secara sukarela. Baru kali ini aku merasa dicintai oleh seseorang de...