Skip to main content

Nila dan Dila



Hi masa kecilku!
Tak terasa waktu sangat cepat berlalu.
Aku, seorang gadis mungil, berusia 19 tahun sangat rindu dengan kisah masa kecilku. Banyak hal yang telah terjadi, hanya saja hal itu tak bisa terulang lagi.

Hi masa kecilku!
Aku ingin selalu mengenangmu, tentang apa yang telah kulalui bersamamu. Tentang hal-hal konyol yang terjadi. Tentang pertemanan yang tulus, yang tak mengenal kata fake.

***

Bicara tentang pertemanan, aku punya seorang teman masa kecilku. Sebut saja dia Nila, karena memang itulah nama aslinya. Jangan tanya tentang nama lengkapnya, karena namanya sungguh sangat lengkap. Sangat berbeda denganku, simple, hanya terdapat dua suku kata, Sindy Nadila. Sedangkan dia? Zuhroh Nilakandi Maulida Adinda. HAHAHAHA. Ga kebayang kan gimana sewaktu dia harus menghitami lingkaran saat Ujian Nasional berlangsung? Hai kak Nila, so sorry :p
Kami tinggal di komplek yang sama, dengan rumah yang berbeda. Rumah kami bersebelahan. Orang tua kami masih menyewa pada saat itu, sehingga kami harus menerapkan prinsip “no maden” dari kakek nenek moyang kami. Tetap di komplek yang sama, tetap bersebelahan walaupun kami sudah pernah pindah kesana-kemari selama 4 kali.
Sering kali kami menghabiskan waktu bersama, mulai dari ngobrol bareng, main game bareng, makan bareng, tidur bareng, sampai mandi bareng. Kami punya banyak perbedaan, mulai dari nama, muka, hingga sifat. Sifatku dan dia sangat bertolak belakang. Aku bersifat keras, jarang nangis, dan sangat bising. Sedangkan dia, lembek, suka nangis, dan sangat pendiam. Hingga tak jarang jika kami bermain bersama, saat aku merebut mainannya dia nangis dan langsung mengadu dengan mamanya.
Hubungan kami sangat harmonis hingga aku pindah ke komplek lain dikarenakan orang tuaku sudah membeli rumah disana. Hubungan kami mulai renggang, tak seharmonis dulu. Tidak ada lagi main game bareng, makan bareng, tidur bareng, sampai mandi bareng.
Kebetulan sekarang kami berada di kampus yang sama, fakultas yang sama dengan jurusan yang berbeda. Aku dan dia sangat jarang untuk bertemu, pernah sesekali, namun, aku dan dia malu jika bertemu. Mungkin tidak malu, cuma sedikit canggung, tak tahu harus berbicara tentang apa, tak tahu harus bagaimana. Saat berjumpa, kami hanya sekedar bertegur sapa dan tersenyum, kemudian pergi dengan tujuan kami masing-masing.

Hi teman masa kecilku!
                Bisakah kita mengulang waktu? Aku rindu denganmu.

Comments

  1. Udah dibaca ya diiil ๐Ÿ˜‚,,asiiik masuk blognya dilaaa wkwkwk.
    Oiya, Aku juga rindu denganmu looh. ๐Ÿ˜‡

    ReplyDelete
  2. Hahaha iyaaa, kuy jalan betigaan lagi sama budee :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

[Cerbung] Semua Serba Salah

Malam ini tak seperti biasanya, Rina malas untuk belajar ataupun sekedar mengulang materi yang telah diajarkan di kampusnya. Hal ini membuat Rina untuk beralih mengerjakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat disukainya selain melihat drama korea. Saat itu Rina sedang asyik dengan game puzzle di handphone nya, tak lama hpnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Dari Raka. Seperti biasa, setiap malam mereka bertelepon. Berbagi kisah tentang apa yang sudah mereka jalani, tentang atasan yang ribet, tentang teman-teman Rina yang bawel, tentang pekerjaan Raka, tentang kuliah Rina, bahkan tentang keluarga mereka. *** “Halo sayang... Lagi apa nih? Ngegame lagi ya?” Raka tahu betul apa yang disuka oleh wanitanya, bermain game salah satunya. “Iya dong, biar gue ga bosen nungguin lo. Lo gitu sih, ribet. Mandi lebih lama dari gue, milih baju lebih ribet dari gue, makan harus ada sambel. Woi cabe mahal woi!” “Hahaha, bisa diganti pake merica kok sayang.” “Pedes meric...

Dicintai dengan Sederhana

Hari ini aku mengajak seorang teman lamaku untuk challenge tulisan lagi. Namanya Juang. Sama seperti yang lalu, masing-masing dari kami memberikan tiga kata yang tediri dari kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Aku memberikan " foto, mengadopsi, dan ganas" . Sedangkan dia memberiku " es krim, menikam, dan lembut" . Dan beginilah hasilnya: DICINTAI DENGAN SEDERHANA Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia membelikan es krim dan dinikmati bersama-sama di ujung sawah sambil menunggu datangnya senja tiba. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia menyapa lembut dan melihat matamu dengan mesra. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan jaketnya untuk kau kenakan saat hujan tiba dan harus menahan dingin yang menyentuh kulitnya. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan kulit ayam goreng kesukaannya secara sukarela. Baru kali ini aku merasa dicintai oleh seseorang de...

Kesalahan yang Tak Ingin Aku Ulang

      Kalau mencintaimu adalah sebuah kesalahan, seharusnya kita tak perlu bertemu sejak awal. Kalau menyayangimu adalah sebuah keikhlasan, rasanya aku tak perlu membuang waktu untuk menimbun harapan lebih dalam.                Aku tak pernah menyangka kita akan menjadi asing walau pada akhirnya semua pertemuan selalu saja mempunyai akhir. Aku terlalu tinggi meletakkan ekspektasiku terhadapmu sehingga aku selalu terlena atas sikapmu. Terkadang aku masih memikirkannya, ‘Kenapa harus aku?’, padahal rasanya tak pernah aku mencintaimu dengan ragu. Rasanya tak pernah pula aku menyambutmu dengan senyum yang palsu. Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?       Segala sesuatu pasti punya ciri khasnya, seperti 'Bogor' yang selalu lekat dengan kata 'hujan' dan menurutku, 'Kau' akan selalu lekat dengan 'keluguan'. Lucu sekali rasanya kalau aku harus mengingat keluguanmu. Keluguan palsu yang sukses kau buat untuk membodohi...