Malam ini tak seperti biasanya, Rina malas untuk belajar ataupun sekedar mengulang materi yang telah diajarkan di kampusnya. Hal ini membuat Rina untuk beralih mengerjakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat disukainya selain melihat drama korea.
Saat
itu Rina sedang asyik dengan game puzzle
di handphonenya, tak lama hpnya
berbunyi menandakan ada telepon masuk. Dari Raka.
Seperti
biasa, setiap malam mereka bertelepon. Berbagi kisah tentang apa yang sudah
mereka jalani, tentang atasan yang ribet, tentang teman-teman Rina yang bawel, tentang
pekerjaan Raka, tentang kuliah Rina, bahkan tentang keluarga mereka.
***
“Halo
sayang... Lagi apa nih? Ngegame lagi ya?” Raka tahu betul apa yang disuka oleh
wanitanya, bermain game salah
satunya.
“Iya
dong, biar gue ga bosen nungguin lo. Lo gitu sih, ribet. Mandi lebih lama dari
gue, milih baju lebih ribet dari gue, makan harus ada sambel. Woi cabe mahal
woi!”
“Hahaha,
bisa diganti pake merica kok sayang.”
“Pedes
merica itu gabagus tau!”
“Iya
bawel. Uh, istriku bawel sekali.”
“Gila
lu ya! Berani bayar mahar gue berapa lo? Untung lo jauh Ka, selamat perut lo.”
“Hahaha.”
Raka
tertawa diujung sana, mengingat ketika mereka bersama. Saat dia gemas dibuat
oleh tingkah manis Rina. Bahkan seringkali dia mengalah untuk menjadi bahan
amarah Rina dan perutnya lah yang menjadi sasaran.
“Eh,
Rin, gue boleh nanya serius sama lo nggak?”
Rina
mengiyakan, “Boleh. Tentang apa? Tanya langsung aja.”
“Ng...
Lo masih sayang sama Dimas gak sih Rin?”
“Kenapa
lo nanya gitu?” Rina penasaran.
“Pas
gue jemput lo kemaren, sewaktu kita makan, gue liat lo ada chat sama dia. Lo
bilang kangen ke dia Rin.”
“Trus
kalo gue bilang kangen sama dia, maksud lo gue masih sayang sama dia? Lo ga
percaya ya sama gue? Maksud lo apa sih?” Suara Rina meninggi.
“Bukan
Rin, gue gaada maksud buat ga percaya sama elo. Gue cuma takut lo jadi balik
nyaman ke dia. Mau gimana pun, lo sama dia itu pernah ada rasa. Gue takut
kehilangan lo Rin.”
“Gini
aja deh. Dengar ya Ka, gue gamau masalah ini dibahas lagi. Gue gaada maksud
buat deketin dia lagi dan gue udah ga sayang sama dia lagi. Lo juga tau kan
gimana sikap dia ke gue? Dia cuma gue anggap teman, ga lebih.”
“Tapi
lo bilang kangen ke dia Rin.”
“Cuma
bilang kangen Ka, bukan berarti gue sayang dia. Ngerti?” Rina sedikit membentak.
“Iya,
gue salah, gue minta maaf.”
“Yaudah
deh ya, gue uda capek ribut mulu sama elo, kita gausah telponan deh.”
Tut tut tut........................
Rina
mematikan telponnya, tak biasanya dia seperti ini. Raka panik dan langsung
menelpon kembali kekasihnya itu.
Namun
perjuangan Raka sia-sia, Rina tak juga mengangkat telpon dari Raka.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment