Skip to main content

Ulah Seekor Tikus



Pagi ini rumahku digegerkan oleh seekor tikus. Awal ceritanya ketika ibu dan aku sedang memasak di dapur untuk menyiapkan makan siang. Saat itu aku sedang mencuci ikan dan membersihkan udang yang akan di goreng dan ibu sedang mengiris beberapa bawang untuk ditambah di masakannya.
***
“Mbak, kamu ada nyium bau amis nggak?” Ibu bertanya kepadaku sambil tangannya tetap lincah memainkan pisau dapur berwarna biru kesayangannya.
Aku mengendus mencari asal bau yang dimaksud oleh ibu, “nggak ada bu.”
“Mungkin bau ikan dan udangnya kali ya mbak?”
“Iya bu.”
Kami melanjutkan memasak tanpa curiga sedikitpun. Tak beberapa lama, kami mendengar bunyi khas binatang itu.
Ciiitttt....... Ciiiitttt.......
Ciiiiiiiiiitttttttt........................
Aku dan ibu saling memandang, tersadar oleh kelakuan si tikus.
Binatang itu mulai mengulah, dia memberikan kode kepada aku dan Ibu agar ia segera ditemukan. Tak hanya mengirimkan sinyal bau, sekarang sinyal suara dia kerahkan. Lantas ibu langsung berteriak memanggil bapak yang sedang menikmati teh panasnya di beranda depan dengan pamanku sedangkan aku dengan sigap menutup semua akses masuk agar dia tak lolos dan segera terkepung.
Bapak datang dengan pamanku. Tidak dengan tangan kosong, paman membawa gagang sapu dan bapak membawa pukulan baseball sebagai senjata untuk melawan tikus. Ibu langsung beranjak meninggalkan dapur sedangkan aku sibuk membereskan perkakas ibu yang masih tergeletak rapi di lantai. Ya, begitulah ibu, beliau lebih suka untuk bekerja diatas lantai ketimbang diatas meja. ‘Lesehan lebih enak’ katanya.
Bapak dan paman  menggeser beberapa lemari, kulkas juga tak luput dari incaran mereka. Tak butuh waktu lama untuk mencarinya, tikus itu langsung ditemukan. Benar saja, dia ketahuan bersembunyi dibalik kulkas. Langsung paman menyogok bawah kulkas dengan gagang sapu yang dipegangnya, tikus berhasil keluar dan bapak sigap memukul tikus dengan tongkat baseball-nya. Tikus berhasil dilumpuhkan!
Aku hanya menyaksikan serangkaian kejadian yang terjadi di dapur. Begitulah aku, suka dengan peristiwa berdarah, tak heran jika aku menggemari film jigsaw dan teman-temannya.
“Mbak, udah nih. Bereskan ya, yang bersih biar gak bau” Pinta bapak kepadaku.
Ah, tikus! Berkatnya aku mendapat tambahan pekerjaan. Sekarang aku harus membereskan dapur tempat dia bersembunyi, menyapu sampah tulang kering yang telah dibawanya, mengepel dapur, dan membilas semua piring, gelas, sendok dan teman-temannya kembali.
Minggu pagiku kali ini ribet sekali berkat kedatangan tamu yang tak di undang itu.
Bagaimana dengan minggu pagi kalian?

Comments

Popular posts from this blog

[Cerbung] Semua Serba Salah

Malam ini tak seperti biasanya, Rina malas untuk belajar ataupun sekedar mengulang materi yang telah diajarkan di kampusnya. Hal ini membuat Rina untuk beralih mengerjakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat disukainya selain melihat drama korea. Saat itu Rina sedang asyik dengan game puzzle di handphone nya, tak lama hpnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Dari Raka. Seperti biasa, setiap malam mereka bertelepon. Berbagi kisah tentang apa yang sudah mereka jalani, tentang atasan yang ribet, tentang teman-teman Rina yang bawel, tentang pekerjaan Raka, tentang kuliah Rina, bahkan tentang keluarga mereka. *** “Halo sayang... Lagi apa nih? Ngegame lagi ya?” Raka tahu betul apa yang disuka oleh wanitanya, bermain game salah satunya. “Iya dong, biar gue ga bosen nungguin lo. Lo gitu sih, ribet. Mandi lebih lama dari gue, milih baju lebih ribet dari gue, makan harus ada sambel. Woi cabe mahal woi!” “Hahaha, bisa diganti pake merica kok sayang.” “Pedes meric...

Dicintai dengan Sederhana

Hari ini aku mengajak seorang teman lamaku untuk challenge tulisan lagi. Namanya Juang. Sama seperti yang lalu, masing-masing dari kami memberikan tiga kata yang tediri dari kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Aku memberikan " foto, mengadopsi, dan ganas" . Sedangkan dia memberiku " es krim, menikam, dan lembut" . Dan beginilah hasilnya: DICINTAI DENGAN SEDERHANA Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia membelikan es krim dan dinikmati bersama-sama di ujung sawah sambil menunggu datangnya senja tiba. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia menyapa lembut dan melihat matamu dengan mesra. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan jaketnya untuk kau kenakan saat hujan tiba dan harus menahan dingin yang menyentuh kulitnya. Pernahkah kalian dicintai secara sederhana? Ketika dia memberikan kulit ayam goreng kesukaannya secara sukarela. Baru kali ini aku merasa dicintai oleh seseorang de...

Kisah Dibalik Langit Merah

Bisakah kau hidup tanpa teduhnya wanita, yang di setiap sujudnya terbisik namamu. Dia cerminan sisi terbaikmu, lindungi hatinya. Sekalipun di dalam amarah. *** Tak terasa sudah dua jam lebih aku duduk berdua dengan  wanita ini. Seorang wanita kuat yang ku kenal sebelumnya. Tak tahu kapan terakhir kali ia menyesap kopinya, hingga kembali ia berkutat dengan buku dan penanya. Kulihat ada nama lelaki itu disana. Ia menuliskannya. Ingin rasanya aku bertanya dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Tetapi bukankah itu sebuah tindakan bodoh yang akan membuat keruh suasana? Bukankah aku sudah tahu jawabannya bahwa ia tidak baik-baik saja? Dasar lelaki bodoh. "Ra..." aku memanggilnya. Ia melihatku. Sejurus kemudian ia melihat ke arah jendela, mencoba untuk mengabaikan keberadaanku. Langit semakin memerah di luar sana. Begitulah yang kurasakan ketika ia melihat keluar jendela. Tetapi sang langit tak kunjung menunjukkan pengaruh besar kepadanya. Pun bag...