Thursday 8 December 2022

Be Blessed. Be A Blessing.

    

Diambil oleh @dlsndyy

    Udah mau ganti tahun aja ya? Gak kerasa ternyata udah masuk bulan terakhir di 2023 ini. Kalau boleh cerita dan balik ke awal tahun kebelakang, rasa-rasanya masih banyak "kehilangan" di tahun ini. Everyone has their own struggle. Iya, tiap orang pasti punya struggle-nya masing-masing. & That's the thing. Pasti. For sure.

    Aku punya kehilangan, kamu pun begitu. Tapi, versi kehilangan kita berbeda dan bukan berarti ga boleh ngeluh, merasa kehilangan, dan merasa sedih, kan? Walaupun rasanya tahun ini banyak hal yang belum tercapai, yaa, itu sebenarnya gapapa banget, karena memang gak semua rasa harus bahagia. Ya, cuma aja, kita memang dituntut untuk belajar ikhlas dan berdamai dengan 'kehilangan-kehilangan' itu. Kalau mau menerapkan tentang, "law of attraction", sebenarnya kita itu gak gagal, cuma gak sampe finish aja. Ada yang udah di seperempat jalan, sepatuh jalan, bahkan udah mau sampai, dan menurutku itu bukan gagal.

    Kalau aku, tahun ini yang paling membekas di hidup yaa, bagaimanapun itu pasti tentang 'koas', karena aku rasa that's my another step in my life. Aku rasa semua anak FK juga akan setuju dengan itu. Sempat bilang ke diri sendiri, "Kok aku gak menghasilkan sesuatu yang luar biasa kayak mereka, ya?", atau "Kok aku gini ya? Kok aku gitu ya?", tapi setelah diperdalam lagi, ternyata banyak hal yang bisa aku ambil hikmah dibalik semua rasa itu; aku bisa lebih care ke keluarga karena ngepasin banget di keluarga lagi ada struggle-nya sendiri juga, aku bisa lebih belajar ikhlas dan damai sama keadaan, lebih sayang sama diriku sendiri, dan mungkin kalau aku di lajur yang sama dengan yang lain, belum tentu aku bisa bertumbuh untuk berpikir seperti ini. "Gapapa, sesekali. Bertahan dengan keadaan yang kayagini juga bagus kok. Nanti kita fight lagi kalau udah bisa. Nanti, ya, istirahat dulu".

What's yours will eventually be yours. The sun will rise and the storm will pass.

Sekarang, Alhamdulillah dan InsyaaAllah aku bisa berjuang lagi, udah back on fire lagi dengan pertolongan Allah dan lewat banyak orang-orang tersayang yang selalu keep on chitchat untuk menyemangati.

Once again, everyone has their own struggle. Hidup itu isinya memang penuh dengan ujian. Tujuannya, yaa, untuk menguji kita. Hari ini ada masalah, besok ya pasti ada masalah lagi, tapi bagaimana caranya untuk fight sama masalah itu dan jangan lupa kalau pertolongan Allah itu pasti selalu ada bagaimanapun cara dan jalanNya.

Be brave & be strong. Be blessed & be a blessing.

With love,

Sindy :)

Share:

Sunday 1 November 2020

Perpisahan yang Disengaja

(Pict. by Abdurrahman Ar Rifqi)

I dive in your eyes

Past your desires

Just you and I

Painting on a dark sky


I dive in your eyes

Past your desires

Just you and I

Painting in the dark sky

 (Skin to skin - Monica Karina ft. Dipha Barus)

***

Sudah tak terhitung berapa kali lagu yang dibawakan oleh Monica Karina itu aku putar. Entahlah, yang ku tahu setiap aku memutarnya, lagu itu selalu saja berhasil mengingatkanku denganmu—dengan semua kenangan kita di kota itu, di tempat kita bertemu dan berbagi kisah.

Aku ingat sekali di hari aku kembali ke kotaku, di tengah riuhnya suasana bandara kala itu, aku memelukmu. Aku hanya ingin menikmati detik demi detik waktu berjalan maju tanpa ada kata yang terucap, mendengarkan detak jantungmu yang terus berbicara bahkan lebih banyak dari bibir yang berucap walau hati ini diam-diam penuh harap.

Rasanya baru kemarin kau mengajakku berkeliling kota Jogja dengan motor yang selalu kau beri cap ‘racing’ itu. Namun, nyatanya kini kita harus berpisah dengan jarak yang kita tangisi pada malam-malam yang lalu. Sekarang aku mengerti, sebaik-baiknya pemberian adalah waktu, terlebih itu adalah waktu darimu.

Jika jarak adalah ketakutan, semoga kau adalah kekuatan yang bisa membuatku bertahan. Jika segala kesedihan selalu diikuti dengan kebahagiaan, aku berharap perpisahan akan diikuti oleh sebuah pertemuan.

Aku selalu berdoa kepada Tuhan, semoga mencintaimu adalah hal baik buatku dan barangkali kita perlu paham tentang ini, ‘tak semua hal harus sesuai dengan apa yang kita mau.’ Sementara, aku hanya bisa berdoa—untuk raga yang tak bisa aku peluk, tangan yang tak bisa aku genggam, aku berharap semoga Tuhan memberikan kita ruang untuk sebuah pertemuan dan aku percaya bahwa semesta punya banyak cara untuk membahagiakan.

***

Medan, 01 November 2020

Diselesaikan oleh orang yang selalu berhasil kau buat jatuh cinta setiap harinya.

 

Share:

Monday 27 April 2020

Sebuah Perjalanan Menuju Kematian





Waktu berlalu bersama jejak kisah yang tak dapat aku ulang. Perihal bagaimana aku melihat kehidupan yang telah aku jalani, aku ingin memuji diriku sendiri yang sudah berjuang sehebat ini. Tak ingin memaki, seperti tak tahu diri.

22,
dua puluh dua.

Terhitung mulai hari ini hingga satu tahun kedepan, angka kembar itu yang akan menghiasi hari-hari. Namun sayangnya, tanpa aku tahu kapan harus berhenti, masih banyak kisah yang bisa dituliskan di lain hari. “umur tidak ada yang tahu”, kata mereka.

Sebenarnya, tak ada yang bisa diharapkan dari sebuah jalan menuju kematian, pun tak ada pula yang bisa dibanggakan dari sebuah pengurangan.

Kepada Tuhan yang telah memberikan masa untuk merangkai kisah, bolehkah aku meminta satu waktu yang bisa aku peluk? Aku ingin mengenangnya.

Share:

Monday 13 April 2020

Sebuah Surat


I know we've been over this, it's nothing new
You're still gonna be leaving me here
It's easier hating you than missing you
But I don't wanna be feelin' this way

But keepin' you close shouldn't be hard
If you were honest when you said you missed me
You've played with my pride
Making me feel like we had something real

(Shouldn't Be - Luke Chiang)

***

Lewat surat ini, aku ingin bercerita tentang bagaimana perasaanku padamu. Sejak Desember silam, rasa-rasanya tak pernah sekalipun aku mengabaikanmu. Kamu datang untuk bercerita, aku siap untuk mendengarkan. Kamu datang untuk berkeluh kesah, aku siap untuk menenangkan. Namun, nyatanya semua itu sia-sia setelah aku berulang kali mendengar kabar tentang kisahmu dengan pria lain.

Hatiku hancur lebur menjadi satu, perasaanku terombang-ambing tak menentu. Aku terlalu menerka-nerka perasaanmu padahal aku tahu ada orang lain yang kamu pikirkan saat itu. Aku pernah berlari jauh untuk mengejar genggamanmu hingga aku sendiri tak sadar, semakin lama aku semakin terhanyut dalam ekspektasiku—tentangmu.

Perlahan aku ingin menyerahkan kisah kita kepada tuhan. Aku rasa kamu tak akan bisa menjadi ‘pernah’ untuk aku yang terus menjadikanmu ‘akan’. Mungkin memang benar, Tuhan mempertemukan kita hanya untuk berbagi sapa, bukan untuk berbagi rasa. bersama surat yang aku tujukan padamu ini, aku menanti semua jawabmu. Tentang bagaimana kau membalasnya, biarlah itu menjadi urusan semesta. Aku hanya berharap, kamu segera menemukan tenang di tengah riuhnya keadaan.

Untukmu, terima kasih telah datang.

***

Medan, 12 April 2020.
Share:

Thursday 13 February 2020

Perjalanan Anak Manusia




Tiap manusia tumbuh, tapi hanya sedikit yang berkembang. Tiap manusia bertambah usia, tapi hanya sedikit yang bertambah dewasa. Benar bukan?
Terkadang kita lupa bahwa tiap manusia punya prosesnya masing-masing. Tak bisa disamakan, tak bisa pula dibanding-bandingkan. Tiap manusia punya hak untuk dirinya masing-masing yang tak bisa pula untuk dipaksakan.

Namun, bagaimana dengan harapan?
Ya, tiap manusia pasti punya harapannya kepada seseorang. Dari orangtua kepada anaknya, dari sang kekasih kepada pasangannya, dari seseorang kepada orang yang bahkan belum pernah ia jumpai sebelumnya.

Lantas dengan harapan mereka, kau akan jatuh dan terpuruk oleh pikiranmu sendiri? Oleh tanggapan orang lain?
“Aku harus ini, aku harus itu.” atau, “Kamu harus ini, kamu harus itu.”
Kau lupa bahwa dirimu adalah kau. Kau lupa kaulah yang memegang semua kendali atas dirimu. Ya, emang benar, harapan. Kita semua terbebani oleh harapan itu. Padahal bagi kita, apa yang sudah kita jalani selama ini adalah versi terbaik untuk kita. Kita punya kendali atas itu.

Sebenarnya tak ada yang salah. Hanya saja kita hanya perlu menikmati prosesnya.
Ibarat sebuah pohon, tidak ada bunga yang mekar secara bersamaan, selalu berbeda. Begitu juga dengan manusia. Terkadang kita hanya lupa untuk mengingatnya.

Jadi, teruslah berjuang selagi bisa. Wujudkan harapan mereka. Perjalananmu mungkin terasa berat, mungkin kamu merasa sendiri. Tapi percayalah, masih ada orang yang mendukung prosesmu. Kau hanya perlu bersabar dan menikmati segala prosesnya.


Untuk siapapun itu, semangat berjuang ya, kalian!



Share:

Sunday 9 February 2020

Dari aku, yang mengagumimu.




Tak terasa sudah setahun lamanya sejak kita bertemu untuk pertama kali. Kala itu kau tersenyum, begitu pula denganku. Sejak saat itu, aku langsung mengagumimu dalam diam. Namun, pelan-pelan kutepis perasaan itu agar tak berlanjut lebih dalam.

Tapi, apa kau tahu? Tanpa aku sadari, ternyata ada sesuatu yang tumbuh diam-diam. Tanpa aku sadari, ternyata ada harapan yang aku genggam erat kepadamu begitu dalam. Tanpa aku sadari, aku telah jatuh cinta.

Bagiku, menyayangimu begitu mudah hingga aku tak sadar kapan aku memulainya, yang aku tahu hanyalah jatungku berdebar kencang saat aku sedang bersamamu.

Aku bahkan sangat yakin dengan perasaan ini. Hanya saja, aku tak tahu bagaimana caranya untuk menunjukkannya kepadamu. Aku takut dengan pikiranku sendiri. Aku takut saat kau mengatakan “tidak” saat aku menanyakan kepastiannya. Ekspektasi telah membawaku terlalu jauh hingga aku sudah kalah sebelum memulainya.

Tapi, bagaimana bisa menyayangimu begitu mudah? Bagaimana bisa aku melakukannya tanpa rasa bosan dan penuh harap?
Lagi-lagi aku hancur oleh ekspektasiku sendiri.
Ekspektasi yang membawaku untuk terus meyayangimu dan perlahan aku mulai tersadar akan sikapmu. Menaruh hati diatas ketidakpastian sikapmu sama saja dengan menaruh tangan di tangan seseorang yang tak ingin menggenggam. Kau tak ingin menggenggam namun terus kugapai. Aku yang terus menggapai namun kau terus abai. Rasanya seperti aku yang dipukul mundur agar segera menjauh darimu.

Tapi sudahlah, aku saja yang berpikir terlalu jauh. Berangan-angan untuk bersamamu hanya membuat rasa ini semakin dalam. Kita bagaikan langit dan bumi, kau yang terlalu jauh untuk kugapai walau aku terus berusaha. Biarlah aku menyimpan perasaan ini rapat-rapat hingga sejauh mana aku kuat.



Dari aku, yang mengagumimu.

•••
Medan, 09 Februari 2020.
Diselesaikan oleh aku yang mengagumimu sambil mendengarkan lagu Singgah dari Bilal yang diputar berulang kali.
Share:

Tuesday 22 January 2019

Fatamorgana


Sunday night after a rainy day
I delete all your pictures
I walked away from you

Nights are the hardest
But I'll be okay
If we are meant to be

Yeah we'll find our way
But now let it be

Cause you know what they say
If you love somebody
Gotta set them free

I love you but I'm letting go
I love you but I'm letting go

***

“Kemarin aku liat kamu jalan sama dia.”
“Maaf.”
“Kenapa minta maaf? Kamu ga salah, aku juga. Keadaan yang salah.”
“Tapi tetap aja aku ngerasa engga enak sama kamu.”
“Engga. Aku gapapa.”
Aku diam. Kau juga. Namun tak berapa lama kau kembali angkat bicara, melepas keheningan di antara kita berdua.
“Benar kata Pamungkas, I love you but i’m letting go.
Aku masih diam, tapi kali ini mataku yang berbicara seolah sudah tak kuat lagi untuk menahan segalanya.
Akhirnya pertahananku tumpah, aku menangis. Kau memelukku. “it’s okay.” katamu. Berusaha untuk menenangkanku.

Kini aku berada di dekapanmu. Di dekapan seorang lelaki yang aku kenal dua bulan yang lalu.
“Gapapa kalau kamu lebih memilih dia. Itu hak kamu. Tapi yang perlu kamu tahu, aku bakal selalu ada disaat kamu jatuh.” lagi-lagi kau berusaha untuk menenangkanku, tapi tetap saja aku semakin menangis dibuat olehmu.
“Kamu ga harus bilang kayagitu ke aku.” sanggahku. Kali ini aku benar-benar merasa jahat.
“Kenapa?” kau bertanya dengan heran, terlihat dari kerutan di antara alis lebatmu.
“Karna aku udah jahat sama kamu.”
“Kamu ga jahat kok. Kamu ga pernah jahat sama aku. Malah aku beruntung bisa kenal kamu. Kamu udah buat aku bangkit lagi disaat aku jatuh, support aku bahkan lebih dari keluargaku sendiri. Kamu yang percaya sama semua mimpiku.” Kini kau semakin mendekapku, berusaha mengatakan kalau kau baik-baik saja.

Ntah apa yang aku pikirkan saat ini. Aku hanya berharap kau akan baik-baik saja. Berharap kau akan menggapai semua mimpimu suatu hari nanti. Berharap kau akan selalu bahagia dengan jalanmu sendiri.

Ternyata begini rasanya ketika mencintai seseorang dengan tulus. Membiarkanku berjalan meninggalkanmu sendirian, melihatku membawa separuh hatimu walaupun aku tetap memilihnya. Kau menghargai segala keputusanku meskipun aku tahu itu berat untukmu. Kau baik. Aku tak menyesal mengenalmu. Aku harap kau pun juga begitu. Layaknya sebuah fatamorgana, kau adalah kau yang selalu menjadi bagian dari hidupku, tak ada namun selalu terlihat. Kau akan selalu punya bagian tersendiri di dalam hatiku dan kau akan selalu memilikinya.

***

I love you but I'm letting go
I love you and I'm letting go

And from now on I will hold my own hand
Until one day you'll hold my lonely hand
(Pamungkas - I love you but I’m letting go)
_
Share: