Skip to main content

Posts

Hujan dan Kehangatan

Hari ini, dengan memakai balutan kemeja berwarna biru dongker, aku duduk di antara orang-orang yang sakit jiwa. Ya, sakit jiwa. Sama sepertiku. Mereka duduk sambil memainkan layar kecilnya yang aku tak tahu sejak kapan mereka memainkannya. Akupun begitu. Sambil menunggu, aku menyicil satu dua buah paragraf untuk tugas di laptopku. Suara hujan bergemuruh melawan genting dan atap tempat kami berteduh. Malam ini hujan turun sejadi-jadinya seolah membawa pengharapan dan doa untuk kami gapai satu per satu ke langit itu. Angka demi angka dipajang di dinding, menandakan sudah berjalannya antrian di klinik ini. Aku disini bersama perempuan itu lagi. Perempuan yang beberapa hari silam mengetuk pintu kayuku. Beliau menemaniku bersama jemarinya yang lihai mengganti topik di layar hp ke atas dan ke bawah. Tak sama sepertiku, dia memakai sweater cokelat muda dengan jilbab bercorak bunga-bunga menutupi mahkotanya. Si Cantik. Hari ini aku senang. Aku senang karena hujan turun. Hari ini aku senang. K...

Di Balik Pintu Kayu

Ketukan demi ketukan yang aku dapati membuat perasaanku campur aduk. Harapan demi harapan yang aku pikirkan, hanya berujung sia-sia. Di balik pintu kayu kamarku, aku menunggu kalimat penenang itu. Kalimat penenang yang bisa membuatku bangkit lagi menjadi aku, bukan menjadi ‘Aku, si Kumat’ itu. Dua kali pintu itu diketuk oleh orang yang berbeda, yang aku hafal betul suaranya. Orang yang aku harapkan. Orang pertama adalah lelaki berumur pertengahan abad dengan beberapa kutil di leher dan badannya. Tepatnya kemarin, saat lelaki itu mengetuk, ada perasaan senang yang menyelimutiku, namun saat aku tahu alasannya perasaan itupun langsung sirna. “ Adek mau ngambil baju-bajunya”. ‘ Oh, ternyata karena ini’, pikirku. Sudahlah. Terlalu banyak berharap. Orang kedua adalah perempuan cantik bersuara nyaring yang begitu familiar. Perempuan ini punya banyak tahi lalat di wajahnya. ‘ Tahi lalat banyak ini keturunan dari Nenek ’, tuturnya dahulu pada saat kami berbincang. Saat perempuan ini mengetuk, p...

Hari Esok

Banyak sekali kalimat yang berkecamuk di kepalaku. Pemikiran ‘kapan mati’ yang kalau saja aku turuti, membuatku tidak akan bertemu hari esok. Hari esok yang sebetulnya belum tentu baik untuk kulewati. Hari esok yang sebetulnya belum tentu bahagia—seperti hari ini. Aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri, ‘Kenapa aku harus mengalami ini?’, ‘Kenapa aku tidak seperti manusia normal yang lain?’, atau ‘Kenapa aku tidak seperti si anak kebanggaan itu?’. Semua ‘kenapa’ itu seolah-olah menusukku. Mengintaiku hingga aku terpuruk dan aku tidak bisa melawannya. Entah kenapa. Merasa sendiri. Merasa membebani. Merasa gila. Gila. Semua perasaan yang muncul yang membuatku semakin lama semakin jatuh ke lubang hitam yang tak semua orang paham dan merasakannya. Gila. Si Gila. Hahaha.

Be Blessed. Be A Blessing.

     Diambil oleh @dlsndyy      Udah mau ganti tahun aja ya? Gak kerasa ternyata udah masuk bulan terakhir di 2023 ini. Kalau boleh cerita dan balik ke awal tahun kebelakang, rasa-rasanya masih banyak "kehilangan" di tahun ini. E veryone has their own struggle . Iya, tiap orang pasti punya struggle -nya masing-masing. & That's the thing. Pasti. For sure.     Aku punya kehilangan, kamu pun begitu. Tapi, versi kehilangan kita berbeda dan bukan berarti ga boleh ngeluh, merasa kehilangan, dan merasa sedih, kan? Walaupun rasanya tahun ini banyak hal yang belum tercapai, yaa, itu sebenarnya gapapa banget, karena memang gak semua rasa harus bahagia. Ya, cuma aja, kita memang dituntut untuk belajar ikhlas dan berdamai dengan 'kehilangan-kehilangan' itu. Kalau mau menerapkan tentang, "law of attraction", sebenarnya kita itu gak gagal, cuma gak sampe finish  aja. Ada yang udah di seperempat jalan, sepatuh jalan, bahkan udah mau sampai, dan menurutk...

Perpisahan yang Disengaja

(Pict. by Abdurrahman Ar Rifqi) I dive in your eyes Past your desires Just you and I Painting on a dark sky I dive in your eyes Past your desires Just you and I Painting in the dark sky   (Skin to skin - Monica Karina ft. Dipha Barus) *** Sudah tak terhitung berapa kali lagu yang dibawakan oleh Monica Karina itu aku putar. Entahlah, yang ku tahu setiap aku memutarnya, lagu itu selalu saja berhasil mengingatkanku denganmu—dengan semua kenangan kita di kota itu, di tempat kita bertemu dan berbagi kisah. Aku ingat sekali di hari aku kembali ke kotaku, di tengah riuhnya suasana bandara kala itu, aku memelukmu. Aku hanya ingin menikmati detik demi detik waktu berjalan maju tanpa ada kata yang terucap, mendengarkan detak jantungmu yang terus berbicara bahkan lebih banyak dari bibir yang berucap walau hati ini diam-diam penuh harap. Rasanya baru kemarin kau mengajakku berkeliling kota Jogja dengan motor yang selalu kau beri cap ‘ racing ’ itu. Namun, nyatanya kini kita harus ber...

Sebuah Perjalanan Menuju Kematian

Waktu berlalu bersama jejak kisah yang tak dapat aku ulang. Perihal bagaimana aku melihat kehidupan yang telah aku jalani, aku ingin memuji diriku sendiri yang sudah berjuang sehebat ini. Tak ingin memaki, seperti tak tahu diri. 22, dua puluh dua. Terhitung mulai hari ini hingga satu tahun kedepan, angka kembar itu yang akan menghiasi hari-hari. Namun sayangnya, tanpa aku tahu kapan harus berhenti, masih banyak kisah yang bisa dituliskan di lain hari. “umur tidak ada yang tahu”, kata mereka. Sebenarnya, tak ada yang bisa diharapkan dari sebuah jalan menuju kematian, pun tak ada pula yang bisa dibanggakan dari sebuah pengurangan. Kepada Tuhan yang telah memberikan masa untuk merangkai kisah, bolehkah aku meminta satu waktu yang bisa aku peluk? Aku ingin mengenangnya.

Sebuah Surat

I know we've been over this, it's nothing new You're still gonna be leaving me here It's easier hating you than missing you But I don't wanna be feelin' this way But keepin' you close shouldn't be hard If you were honest when you said you missed me You've played with my pride Making me feel like we had something real (Shouldn't Be - Luke Chiang) *** Lewat surat ini, aku ingin bercerita tentang bagaimana perasaanku padamu. Sejak Desember silam, rasa-rasanya tak pernah sekalipun aku mengabaikanmu. Kamu datang untuk bercerita, aku siap untuk mendengarkan. Kamu datang untuk berkeluh kesah, aku siap untuk menenangkan. Namun, nyatanya semua itu sia-sia setelah aku berulang kali mendengar kabar tentang kisahmu dengan pria lain. Hatiku hancur lebur menjadi satu, perasaanku terombang-ambing tak menentu. Aku terlalu menerka-nerka perasaanmu padahal aku tahu ada orang lain yang kamu pikirkan saat itu. Aku pernah berlari...