Suatu ketika, saat seorang teman lama mengirimkan pesan dari sosial media untuk lomba membuat sebuah tulisan. Namanya Juang. Berhubung aku juga tidak sibuk saat itu, aku mengiyakan tantangannya. Itu juga kulakukan demi meningkatkan kualitas menulis yang kerap aku kerjakan. Btw, ini bukan hanya sekedar lomba yang langsung nulis dengan tema bebas seperti yang kalian fikirkan, tapi kami mempunyai peraturan tersendiri. Jadi peraturannya begini, aku memberikan 3 kata ke dia yang terdiri dari kata kerja, kata sifat, dan kata benda yang harus diletakkan di dalam tulisannya dan begitu juga sebaliknya. Nah, pada kesempatan kali ini, si Juang ngasih tema ke aku itu ‘Bunuh, Kurus, dan Laptop’. Dan beginilah hasilnya:
TAK INGIN MERASAKAN UNTUK YANG KEDUA KALINYA
“Kiki,
mau jadi pacar aku nggak?” Aku termangu dalam sebuah pertanyaan yang selama ini
tidak pernah kudengar. Di depanku sudah berdiri seorang laki-laki bertubuh
kurus tinggi dan berwajah tirus dengan rahang yang tegas. Bulu matanya lentik,
bibirnya lebar dan tipis. Dia memandangiku seolah-olah aku langit yang
menaunginya setiap hari. Aku tak tahu harus menjawab apa. Akhirnya, “Mmm, nanti
malam aku sms ya. Aku jawabnya dari situ.”
Malamnya,
aku mengirim sms kepadanya dan aku tidak membalas perasaannya. Aku takut dia
tidak serius mengatakan hal seperti itu kepadaku karena aku tidak ingin
merasakan sakit yang kerap dirasakan anak-anak berusia sama sepertiku. Aku rasa
itu sangat melelahkan.
Setelah
kejadian itu, dia masih bersikap manis kepadaku. Hanya saja aku tidak bisa
beradaptasi dengan kehadirannya. Seringkali dia meminjam laptopku untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru-guru kami. Mungkin itu salah satu
caranya untuk tetap bisa mendekatiku. Dan pada akhirnya dia kembali menanyakan
perasaannya kepadaku. Tepat pada bulan Desember, kami resmi menjadi sepasang
kekasih.
Tak
terasa, sudah 1 tahun 7 bulan kami berhubungan. Menanyakan kabar, cerita ini
itu, bertukar pikiran kerap kali kami lakukan. Hal itu membuatku semakin
tertarik kepadanya. Tak jarang dia mengatakan janji-janji manisnya kepadaku
yang membuat aku semakin percaya akan perasaannya. Rasanya, aku merasa
beruntung sekali memilikinya.
Hingga suatu
saat dia mengirimkan pesan singkat yang menyatakan kalau dia ingin menghentikan
hubungannya denganku dengan alasan “dia ingin berubah”. Ingin sekali aku
membunuh semua perasaanku kepadanya saat itu. Melupakan dan melenyapkan semua
kenangan yang mendukung kalau dia pernah menjadi bagian dari hidupku. Aku tak
peduli dia ingin berubah menjadi apa; Power Ranger, Spiderman, atau Wonder
Women. Yang aku pikirkan saat itu hanya satu, “tak ingin merasakan rasa sakit
seperti ini untuk yang kedua kalinya”.
Wow, dari 3 kata jadi keren gini. Hehehe. :D
ReplyDeleteGue pertama kali tau menulis dengan 3 kata ini dari si Alitt.
Alhamdulillah ya sesuatu hehe. Makasih pujiannya bang Yoga :D
DeleteAlitt?
wih. galau nih cerpennya. belum pernah nerapin teknik kayak gini sih, meski udah baca dari tulisan Alitt dulu. Kapan-kapan deh dipraktekkan.
ReplyDeletesungguh sangat menggalaukan cerpennya bangman. yang buat aja sampe nangis sendiri *eehhh. Oke ditunggu ya tulisannya hihi.
Deleteduhhhh apa nih. wkwkwk
ReplyDeleteawas trauma sama laki-laki aja yaa, jangan sampai dah.
duhhhh apa nih. wkwkwk
ReplyDeleteawas trauma sama laki-laki aja yaa, jangan sampai dah.
Woi iya woi wkwkwk.
Deletedari lomba tulisan sampai curhatan...
ReplyDeleteciieeeeee
Cieeee. Hahaha. Salam kenal ya gan!
ReplyDelete