Monday 13 July 2015

TAK INGIN MERASAKAN UNTUK YANG KEDUA KALINYA

                

Suatu ketika, saat seorang teman lama mengirimkan pesan dari sosial media untuk lomba membuat sebuah tulisan. Namanya Juang. Berhubung aku juga tidak sibuk saat itu, aku mengiyakan tantangannya. Itu juga kulakukan demi meningkatkan kualitas menulis yang kerap aku kerjakan. Btw, ini bukan hanya sekedar lomba yang langsung nulis dengan tema bebas seperti yang kalian fikirkan, tapi kami mempunyai peraturan tersendiri. Jadi peraturannya begini, aku memberikan 3 kata ke dia yang terdiri dari kata kerja, kata sifat, dan kata benda yang harus diletakkan di dalam tulisannya dan begitu juga sebaliknya. Nah, pada kesempatan kali ini, si Juang ngasih tema ke aku itu ‘Bunuh, Kurus, dan Laptop’. Dan beginilah hasilnya:

TAK INGIN MERASAKAN UNTUK YANG KEDUA KALINYA

                “Kiki, mau jadi pacar aku nggak?” Aku termangu dalam sebuah pertanyaan yang selama ini tidak pernah kudengar. Di depanku sudah berdiri seorang laki-laki bertubuh kurus tinggi dan berwajah tirus dengan rahang yang tegas. Bulu matanya lentik, bibirnya lebar dan tipis. Dia memandangiku seolah-olah aku langit yang menaunginya setiap hari. Aku tak tahu harus menjawab apa. Akhirnya, “Mmm, nanti malam aku sms ya. Aku jawabnya dari situ.”

     Malamnya, aku mengirim sms kepadanya dan aku tidak membalas perasaannya. Aku takut dia tidak serius mengatakan hal seperti itu kepadaku karena aku tidak ingin merasakan sakit yang kerap dirasakan anak-anak berusia sama sepertiku. Aku rasa itu sangat melelahkan.

     Setelah kejadian itu, dia masih bersikap manis kepadaku. Hanya saja aku tidak bisa beradaptasi dengan kehadirannya. Seringkali dia meminjam laptopku untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru-guru kami. Mungkin itu salah satu caranya untuk tetap bisa mendekatiku. Dan pada akhirnya dia kembali menanyakan perasaannya kepadaku. Tepat pada bulan Desember, kami resmi menjadi sepasang kekasih.

     Tak terasa, sudah 1 tahun 7 bulan kami berhubungan. Menanyakan kabar, cerita ini itu, bertukar pikiran kerap kali kami lakukan. Hal itu membuatku semakin tertarik kepadanya. Tak jarang dia mengatakan janji-janji manisnya kepadaku yang membuat aku semakin percaya akan perasaannya. Rasanya, aku merasa beruntung sekali memilikinya.

      Hingga suatu saat dia mengirimkan pesan singkat yang menyatakan kalau dia ingin menghentikan hubungannya denganku dengan alasan “dia ingin berubah”. Ingin sekali aku membunuh semua perasaanku kepadanya saat itu. Melupakan dan melenyapkan semua kenangan yang mendukung kalau dia pernah menjadi bagian dari hidupku. Aku tak peduli dia ingin berubah menjadi apa; Power Ranger, Spiderman, atau Wonder Women. Yang aku pikirkan saat itu hanya satu, “tak ingin merasakan rasa sakit seperti ini untuk yang kedua kalinya”.
Share:

9 comments:

  1. Wow, dari 3 kata jadi keren gini. Hehehe. :D

    Gue pertama kali tau menulis dengan 3 kata ini dari si Alitt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ya sesuatu hehe. Makasih pujiannya bang Yoga :D
      Alitt?

      Delete
  2. wih. galau nih cerpennya. belum pernah nerapin teknik kayak gini sih, meski udah baca dari tulisan Alitt dulu. Kapan-kapan deh dipraktekkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sungguh sangat menggalaukan cerpennya bangman. yang buat aja sampe nangis sendiri *eehhh. Oke ditunggu ya tulisannya hihi.

      Delete
  3. duhhhh apa nih. wkwkwk
    awas trauma sama laki-laki aja yaa, jangan sampai dah.

    ReplyDelete
  4. duhhhh apa nih. wkwkwk
    awas trauma sama laki-laki aja yaa, jangan sampai dah.

    ReplyDelete
  5. dari lomba tulisan sampai curhatan...
    ciieeeeee

    ReplyDelete
  6. Cieeee. Hahaha. Salam kenal ya gan!

    ReplyDelete