“Dindaaaaa.....
Dindaaaa.....” Ibu berteriak memanggilku. Kebetulan aku sedang di kamar saat
itu.
“Iya
bu, sebentar.” Jawabku.
Aku
keluar kamar, aku cari sosok yang memanggilku tadi. Aku cari beliau kemana-mana
hingga kutemukan sosoknya di ruang keluarga.
Sesampainya
di ruang keluarga, tak hanya Ibu, ternyata Bapak dan dua Adikku juga ada disana.
Mereka sedang asyik melahap mi bakso sambil menonton mak lampir kesukaan Bapak.
Aku tahu itu bakso pak kumis kesukaan keluarga kami dari aromanya saja. Ah,
aku suka sekali dengan baksonya. Bakso kesukaanku.
“Ayo
makan, kenapa kamu bengong begitu.” Ibu membuyarkan lamunanku.
“Yah,
ibu gimana sih, Dinda belum bisa makan beginian. Dokter gak ngasih dinda makan
begini selama seminggu.”
***
Oh ya,
aku sedang sakit. Asam lambungku sedang tidak normal sehingga dokter tidak
memperbolehkanku untuk memakan makanan sejenis bakso, makanan pedas, pahit, dan
asam sehingga aku harus makan bubur dan makanan yang tidak ada rasa pedas sama
sekali.
***
“Oiya,
Bapak lupa nak.” Celetuk Bapak.
Tanpa
pikir panjang, aku langsung berlari ke dapur untuk mengambil garpu, berharap
diberi beberapa bakso dan mencicipi mi beserta kuahnya. Ah, aku suka sekali. Membayangkannya
saja sudah membuat air liurku encer.
Sesampainya
di ruang tengah, berbekal garpu yang siap menancap bakso kesukaanku, aku
memelas.
“Farhan,
mbak minta baksonya satu ya?” Pintaku kepada adik lelakiku.
“Ah,
jangan! Mbak kan gak boleh makan bakso!” Dia setengah berteriak sambil
menggeser mangkok baksonya menjauhiku.
Kutunggu
dia dan anggota keluarga yang lain lengah. Saat dia menoleh untuk melihat
serial mak lampir, disitulah kutancapkan garpu ke bakso di mangkoknya.
*cesssss* aku dapat satu. Langsung kulahap. Beberapa detik kemudian dia
mengetahui aksiku, ‘sial, ketahuan’ batinku. Dia langsung berteriak untuk
melaporkan tindakanku ke Ibu dan Bapak. Langsung saja Ibuku marah kepadaku dan berkata, “Awas saja kamu sakit lagi, Ibu gak akan tanggung jawab!”.
“Ibu sih,
siapa coba yang mengundang Dinda untuk makan malam bersama? Padahal Ibu sudah
tahu kalau Dinda suka sekali dengan bakso ini.” Aku memberontak, langsung saja
aku berlari ke kamarku. Merasa diberi harapan palsu, aku langsung mogok makan.
Duh, anak-anak sekali tingkahku.
Tak
beberapa lama, Ibu datang ke kamarku.
‘Kita beli bubur kuah soto disebelah fotokopi
aja ya?’ Bujuk Ibu kepadaku dan aku mengiyakan bujukannya.
Yah,
begitulah kisahku malam ini. Seorang anak remaja tanggung yang ingin sekali
melahap bakso kesukaannya saat sakit asam lambung. Syafakillah, cepat sembuh
Dinda.
No comments:
Post a Comment