Semua
orang pasti mengetahui apa itu cinta. Tapi hanya sedikit yang bisa
mempertahankannya. Banyak cara untuk memeliharanya. Beda orang, beda cerita. Akan
tetapi, jangan sampai mengagungkannya. Jika tak mau menyesal di kemudian masa.
Ini
bukan hanya tentang cinta. Tetapi juga tentang rasa. Tingkat kenyamanan itu
berbeda. Dan jangan dilupakan begitu saja. Posesif bukanlah hal yang biasa.
Tapi ini luar biasa.
Jangan
hanya karena kekasihmu jalan dengan teman sebaya, kau lupa akan emosi semata.
Tak jarang ketika melakukan kesalahan kecil saja, kau sudah melakukan kontak
fisik dengannya. Ingat, posesif bukanlah hal biasa.
Sering
kali kita menganggap remeh tentang hadirnya suatu kenyataan. Ketika kita sadar
akan kekerasan. Ketika sadar akan hadirnya ketidaknyamanan. Sekali lagi,
semuanya jangan sampai dilupakan. Karena cinta ada untuk kebahagiaan.
***
Dua hari
setelah peluncurannya, aku menonton film posesif di bioskop karena tertarik
akan trailernya. Baru sekarang aku bisa menuliskannya karena kesibukan yang
terlampau banyak dan tingkat kemalasan yang sedang tinggi-tingginya. Filmnya
bagus sekali hingga tanganku gatal untuk menuliskan sedikit tentangnya.
Berkisah tentang sepasang kekasih remaja yang sedang di mabuk asmara. Sama
seperti kisah cinta kebanyakan, mereka bertemu saat disekolahan. Film ini
diperankan oleh Putri Marino sebagai Lala dan Adipati Dolken sebagai Yudhis.
Saat
itu, Lala seorang atlit lompat indah yang sedang naik daun jatuh cinta dengan
seorang anak laki-laki pindahan di sekolahnya. Film ini tidak begitu
mementingkan kisah romantis mereka berdua, tetapi fokus dengan arti posesif itu
sendiri.
Kisahnya
bermulai ketika Yudhis yang cemburu dengan jadwal latihan Lala, disusul dengan
kecemburuannya terhadap sahabat Lala, kemudian dilanjutkan dengan sikap
posesifnya terhadap mimpi Lala yang saat itu ingin sekali untuk mengambil
kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di tempatnya tinggal dengan alasan yang
sangat logis bagiku untuk ukuran seorang anak perempuan yang sangat sayang
dengan ayahnya. Dan tak jarang pula Yudhis melakukan kekerasan kontak fisik
kepada kekasihnya itu.
Kisah
ini terus berlanjut hingga Lala mengetahui apa yang telah terjadi di kehidupan
Yudhis. Bukan tak punya alasan, ternyata Yudhis seperti itu diakibatkan oleh
pengaruh sikap orangtuanya yang kasar terhadapnya. Tak tanggung-tanggung,
ibunya tega memukul anak semata wayangnya itu dengan sepatu hak tinggi yang
biasa dipakainya. Setelah mengetahui hal ini, Lala pun bertekad ingin
menyelamatkan Yudhis.
Mereka
pergi meninggalkan rumah mereka masing-masing dan mempunyai mimpi tinggal di
Bali. Dengan kehidupan yang aman, dengan anak yang banyak. Akan tetapi, saat di
pertengahan jalan, Yudhis menyadari sikapnya yang tak bisa mengatur emosinya
terhadap Lala sehingga ia harus memutuskan untuk meninggalkan Lala begitu saja
di suatu tempat.
Lala
berhasil pulang kerumahnya. Dia meminta maaf kepada ayahnya karena telah
meninggalkan rumah begitu saja dan lebih memilih Yudhis ketimbang orangtuanya.
Dia masuk sekolah seperti biasa tanpa
ada Yudhis disana. Yudhis menghilang entah kemana. Berusaha melupakan, dia
memblokir semua hal yang berhubungan dengan kekasihnya.
Seringkali
Lala memutuskan untuk pergi dari kehidupan Yudhis tapi kekasihnya itu selalu
berhasil untuk menaklukkan hati Lala kembali, meyakinkan Lala. Hingga suatu
hari, saat Lala lari pagi seperti biasanya sebelum latihan tiba, Yudhis datang
lagi. Menghampiri Lala lagi. Akan tetapi, tidak seperti sebelumnya, kali ini
Lala berhasil mengacuhkan kehadiran Yudhis.
***
Film ini
sangat bagus menurutku. Banyak sekali konflik yang tertuang di dalamnya. Banyak
drama dan ada banyak nasihat di dalam film ini. Filmnya recommended untuk dilihat bersama pasangan agar bisa belajar lebih
tentang arti posesif itu sendiri. Dari film ini juga aku mengetahui bahwa
posesif bukan hanya kepada pacar, tapi posesif juga bisa dengan keluarga,
mimpi, dan diri sendiri bahkan terhadap sebuah benda sekalipun.
Terkadang
pelaku posesif tidak mengetahui ulahnya sampai dia harus diberi sinyal terlebih
dahulu. Mereka menganggap telah memberikan semua yang mereka punya, sehingga
seseorang harus bisa memberikan feedback
terhadap dirinya. Terlalu posesif juga tidak menyehatkan untuk suatu hubungan,
tapi bisa membuat boomerang untuk
para pelakunya.
“Pada
akhirnya, dengan alasan ingin melindungi orang-orang yang paling kucintai, aku
malah menyakiti mereka.”
-Kusumastuti- di @kumpulanpuisi
-Kusumastuti- di @kumpulanpuisi
Jaraang banget nonton film. Kalaupun nonton paling yang udah ada di youtube..hehe. Di rumah TV juga jarang nyala, kalaupun ada yang mau nonton palingan anak-anak lihat kartun dan paksu lihat berita...dan saya cuma ngikut aja..hihi. Jadi penasaran sama film ini...
ReplyDeleteAku juga termasuk org yg jarang nonton tv mba hahaha. Sukanya sama yutub, bioskop aja. Paling drakoran. Biasa, cewe cewe zaman now😅
DeleteTonton deh mba, recommended. Hihi.