Friday 10 November 2017

Kadar Cinta Yang Berlebihan


Semua orang pasti mengetahui apa itu cinta. Tapi hanya sedikit yang bisa mempertahankannya. Banyak cara untuk memeliharanya. Beda orang, beda cerita. Akan tetapi, jangan sampai mengagungkannya. Jika tak mau menyesal di kemudian masa.
Ini bukan hanya tentang cinta. Tetapi juga tentang rasa. Tingkat kenyamanan itu berbeda. Dan jangan dilupakan begitu saja. Posesif bukanlah hal yang biasa. Tapi ini luar biasa.
Jangan hanya karena kekasihmu jalan dengan teman sebaya, kau lupa akan emosi semata. Tak jarang ketika melakukan kesalahan kecil saja, kau sudah melakukan kontak fisik dengannya. Ingat, posesif bukanlah hal biasa.
Sering kali kita menganggap remeh tentang hadirnya suatu kenyataan. Ketika kita sadar akan kekerasan. Ketika sadar akan hadirnya ketidaknyamanan. Sekali lagi, semuanya jangan sampai dilupakan. Karena cinta ada untuk kebahagiaan.

***

Dua hari setelah peluncurannya, aku menonton film posesif di bioskop karena tertarik akan trailernya. Baru sekarang aku bisa menuliskannya karena kesibukan yang terlampau banyak dan tingkat kemalasan yang sedang tinggi-tingginya. Filmnya bagus sekali hingga tanganku gatal untuk menuliskan sedikit tentangnya. Berkisah tentang sepasang kekasih remaja yang sedang di mabuk asmara. Sama seperti kisah cinta kebanyakan, mereka bertemu saat disekolahan. Film ini diperankan oleh Putri Marino sebagai Lala dan Adipati Dolken sebagai Yudhis.
Saat itu, Lala seorang atlit lompat indah yang sedang naik daun jatuh cinta dengan seorang anak laki-laki pindahan di sekolahnya. Film ini tidak begitu mementingkan kisah romantis mereka berdua, tetapi fokus dengan arti posesif itu sendiri.
Kisahnya bermulai ketika Yudhis yang cemburu dengan jadwal latihan Lala, disusul dengan kecemburuannya terhadap sahabat Lala, kemudian dilanjutkan dengan sikap posesifnya terhadap mimpi Lala yang saat itu ingin sekali untuk mengambil kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di tempatnya tinggal dengan alasan yang sangat logis bagiku untuk ukuran seorang anak perempuan yang sangat sayang dengan ayahnya. Dan tak jarang pula Yudhis melakukan kekerasan kontak fisik kepada kekasihnya itu.
Kisah ini terus berlanjut hingga Lala mengetahui apa yang telah terjadi di kehidupan Yudhis. Bukan tak punya alasan, ternyata Yudhis seperti itu diakibatkan oleh pengaruh sikap orangtuanya yang kasar terhadapnya. Tak tanggung-tanggung, ibunya tega memukul anak semata wayangnya itu dengan sepatu hak tinggi yang biasa dipakainya. Setelah mengetahui hal ini, Lala pun bertekad ingin menyelamatkan Yudhis.
Mereka pergi meninggalkan rumah mereka masing-masing dan mempunyai mimpi tinggal di Bali. Dengan kehidupan yang aman, dengan anak yang banyak. Akan tetapi, saat di pertengahan jalan, Yudhis menyadari sikapnya yang tak bisa mengatur emosinya terhadap Lala sehingga ia harus memutuskan untuk meninggalkan Lala begitu saja di suatu tempat.
Lala berhasil pulang kerumahnya. Dia meminta maaf kepada ayahnya karena telah meninggalkan rumah begitu saja dan lebih memilih Yudhis ketimbang orangtuanya. Dia masuk sekolah seperti biasa  tanpa ada Yudhis disana. Yudhis menghilang entah kemana. Berusaha melupakan, dia memblokir semua hal yang berhubungan dengan kekasihnya.
Seringkali Lala memutuskan untuk pergi dari kehidupan Yudhis tapi kekasihnya itu selalu berhasil untuk menaklukkan hati Lala kembali, meyakinkan Lala. Hingga suatu hari, saat Lala lari pagi seperti biasanya sebelum latihan tiba, Yudhis datang lagi. Menghampiri Lala lagi. Akan tetapi, tidak seperti sebelumnya, kali ini Lala berhasil mengacuhkan kehadiran Yudhis.

***

Film ini sangat bagus menurutku. Banyak sekali konflik yang tertuang di dalamnya. Banyak drama dan ada banyak nasihat di dalam film ini. Filmnya recommended untuk dilihat bersama pasangan agar bisa belajar lebih tentang arti posesif itu sendiri. Dari film ini juga aku mengetahui bahwa posesif bukan hanya kepada pacar, tapi posesif juga bisa dengan keluarga, mimpi, dan diri sendiri bahkan terhadap sebuah benda sekalipun.
Terkadang pelaku posesif tidak mengetahui ulahnya sampai dia harus diberi sinyal terlebih dahulu. Mereka menganggap telah memberikan semua yang mereka punya, sehingga seseorang harus bisa memberikan feedback terhadap dirinya. Terlalu posesif juga tidak menyehatkan untuk suatu hubungan, tapi bisa membuat boomerang untuk para pelakunya.

“Pada akhirnya, dengan alasan ingin melindungi orang-orang yang paling kucintai, aku malah menyakiti mereka.” 
-Kusumastuti- di @kumpulanpuisi
Share:

2 comments:

  1. Jaraang banget nonton film. Kalaupun nonton paling yang udah ada di youtube..hehe. Di rumah TV juga jarang nyala, kalaupun ada yang mau nonton palingan anak-anak lihat kartun dan paksu lihat berita...dan saya cuma ngikut aja..hihi. Jadi penasaran sama film ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga termasuk org yg jarang nonton tv mba hahaha. Sukanya sama yutub, bioskop aja. Paling drakoran. Biasa, cewe cewe zaman now😅

      Tonton deh mba, recommended. Hihi.

      Delete